Rangkaian letusan itu juga dibarengi hujan abu, sehingga warga menyadari yang dihadapinya adalah sebuah letusan gunung berapi.
Diungkap pula bahwa warga yang berusaha lari menemukan bahwa desa mereka sudah terkepung lahar.
Sebagian penduduk bisa menyelamatkan diri melalui bukit-bukit yang lebih tinggi dan jalan-jalan setapak yang belum tertutup lahar.
Namun penduduk yang tidak dapat menyelamatkan diri kemudian meninggal karena menghirup gas beracun.
Kondisi jasad korban ditemukan tergeletak di jalanan. Dikatakan sejumlah warga bahwa jasad tersebut sudah tidak seperti mayat, karena hancur ketika dipegang.
BPBD Jateng menyebut bahwa dalam tragedi letusan Kawah Sinila pada 1979 ini menyebabkan jatuhnya korban meninggal dunia sebanyak 149 jiwa, sementara 15.000 jiwa dari 6 desa di Dieng harus diungsikan.
Sementara arsip pemberitaan Harian Kompas, 22 Februari 1979 menyebut bahwa pada awalnya jumlah korban tewas akibat letusan Kawah Sinila yang berjumlah 136 jiwa.
Kemudian Harian Kompas pada (26/02/1979) melaporkan bahwa korban gas beracun Dieng akibat letusan Kawah Sinila bertambah menjadi 149 orang dengan jumlah pengungsi tercatat 998 orang.
Gas beracun akibat letusan tersebut diketahui masih terdeteksi hingga sebulan setelahnya.
Dilansir dari laman TribunBanyumas.com, saat ini nama Desa Kepucukan tidak lagi bisa ditemukan di petadi peta.
Ternyata setelah tragedi yang memakan korban jiwa tersebut, nama Desa Kepucukan tidak lagi bisa ditemukan di peta karena telah dihapus secara administratif.
Dikutip dari Kompas.id, memang pasca kejadian tersebut, Desa Kepucukan dinyatakan tidak layak huni akibat adanya gas beracun di kawasan tersebut.
Selain karena tidak layak huni, warga setempat juga banyak yang telah direlokasi baik di sekitar Kecamatan Batur maupun yang diikutkan ke dalam program transmigrasi.
Setelah itu, nama dan lokasi Desa Kepucukan hanya diingat oleh para korban selamat, saksi mata, dan warga setempat yang pernah mendengar tentang tragedi tersebut.
Ahli Geologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Sachrul Iswahyudi ST, MT sempat menjelaskan tentang adanya gas beracun di Dieng kepada TribunBanyumas.com.