Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Kawah Sinila Dieng 1979, Bencana Gas Beracun yang Membuat Desa Kepucukan Dihapus dari Peta

Kompas.com - 23/08/2023, 23:19 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Tragedi Kawah Sinila 1979 di Dieng tercatat sebagai salah satu bencana alam terbesar dalam sejarah yang diakibatkan oleh peristiwa keluarnya gas beracun.

Kawah Sinila atau juga kerap disebut Telaga Sinila adalah sebuah kenampakan alam di kawasan Dieng, tepatnya berada di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.

Baca juga: Catatan Peristiwa Keracunan Gas Beracun di Dieng dari Tahun ke Tahun

Kawasan Dieng memang memiliki setidaknya delapan kawah aktif yang meliputi Kawah Sileri, Kawah Candradimuka, Kawah Sibanteng, Kawah Siglagah, Kawah Sinila, Kawah Sikidang, Kawah Timbang, dan Kawah Sikendang.

Kawah Sinila adalah satu dari tiga kawah yang berpotensi mengeluarkan gas beracun. Selain Kawah Sinila, ada juga Kawah Timbang, dan Kawah Sikendang.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gas Beracun di Dieng Tewaskan 149 Orang

Kawah Sinila memiliki diameter kurang lebih 100 meter dan merupakan sebuah bekas letusan gunung berapi. Kawah ini pernah membawa petaka saat meletus pada sekitar tahun 1979.

Bencana letusan yang disertai keluarnya gas beracun ini juga dikenal sebagai Tragedi Kawah Sinila Dieng 1979.

Tragedi tersebut memakan banyak korban jiwa yang sebagian besar meninggal setelah menghirup gas beracun.

Baca juga: Tak Mau Tragedi Sinila Terulang Lagi, Ganjar Minta Seismometer di Dieng Ditambah untuk Deteksi Aktivitas Vulkanik

Kronologi Tragedi Kawah Sinila Dieng 1979

Dilansir dari publikasi Rencana Kontijensi Gas Beracun Erupsi Gunung Api Dieng yang dirilis BPBD Jateng pada 2019, letusan tersebut terjadi pada 20 Februari 1979 tengah malam pukul 01.55 WIB.

Saat itu terdengar suara ledakan yang berasal dari Kawah Sinila disertai guncangan gempa bumi.

Sebelum erupsi tersebut terjadi, temperatur Kawah Sinila dinyatakan normal dan tidak ada tanda-tanda tremor atau getaran.

Sementara arsip pemberitaan Harian Kompas, 22 Februari 1979 memberitakan bahwa pada Selasa dini hari (20/2/1979), penduduk Desa Kepucukan dikejutkan dengan adanya serangkaian gempa.

Saat itu, Desa Kepucukan diketahui merupakan salah satu wilayah dengan posisi paling dekat dengan kawah tersebut.

Pemda tingkat I Semarang mencatat bahwa gempa mulai terjadi pada pukul 01.55 WIB yang membuat seluruh penduduk desa terbangun dan berlarian keluar rumah.

Saat itu, udara terasa sangat panas dan bau belerang tercium dan menyesakkan nafas.

Tiba-tiba terdengar dentuman keras yang menggemuruh dan kegelapan malam terkuak oleh kobaran api dari sebuah bukit.

Rangkaian letusan itu juga dibarengi hujan abu, sehingga warga menyadari yang dihadapinya adalah sebuah letusan gunung berapi.

Diungkap pula bahwa warga yang berusaha lari menemukan bahwa desa mereka sudah terkepung lahar.

Sebagian penduduk bisa menyelamatkan diri melalui bukit-bukit yang lebih tinggi dan jalan-jalan setapak yang belum tertutup lahar.

Namun penduduk yang tidak dapat menyelamatkan diri kemudian meninggal karena menghirup gas beracun.

Kondisi jasad korban ditemukan tergeletak di jalanan. Dikatakan sejumlah warga bahwa jasad tersebut sudah tidak seperti mayat, karena hancur ketika dipegang.

Rambu peringatan terpasang di sekitar Kawah Timbang di dataran tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah.HANDOUT Rambu peringatan terpasang di sekitar Kawah Timbang di dataran tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Jumlah Korban Terus Bertambah

BPBD Jateng menyebut bahwa dalam tragedi letusan Kawah Sinila pada 1979 ini menyebabkan jatuhnya korban meninggal dunia sebanyak 149 jiwa, sementara 15.000 jiwa dari 6 desa di Dieng harus diungsikan.

Sementara arsip pemberitaan Harian Kompas, 22 Februari 1979 menyebut bahwa pada awalnya jumlah korban tewas akibat letusan Kawah Sinila yang berjumlah 136 jiwa.

Kemudian Harian Kompas pada (26/02/1979) melaporkan bahwa korban gas beracun Dieng akibat letusan Kawah Sinila bertambah menjadi 149 orang dengan jumlah pengungsi tercatat 998 orang.

Gas beracun akibat letusan tersebut diketahui masih terdeteksi hingga sebulan setelahnya.

Dihapusnya Nama Desa Kepucukan

Dilansir dari laman TribunBanyumas.com, saat ini nama Desa Kepucukan tidak lagi bisa ditemukan di petadi peta.

Ternyata setelah tragedi yang memakan korban jiwa tersebut, nama Desa Kepucukan tidak lagi bisa ditemukan di peta karena telah dihapus secara administratif.

Dikutip dari Kompas.id, memang pasca kejadian tersebut, Desa Kepucukan dinyatakan tidak layak huni akibat adanya gas beracun di kawasan tersebut.

Selain karena tidak layak huni, warga setempat juga banyak yang telah direlokasi baik di sekitar Kecamatan Batur maupun yang diikutkan ke dalam program transmigrasi.

Setelah itu, nama dan lokasi Desa Kepucukan hanya diingat oleh para korban selamat, saksi mata, dan warga setempat yang pernah mendengar tentang tragedi tersebut.

Kandungan Gas Beracun Kawah Sinila

Ahli Geologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Sachrul Iswahyudi ST, MT sempat menjelaskan tentang adanya gas beracun di Dieng kepada TribunBanyumas.com.

Ia menyebut bahwa kandungan panas bumi yang mengandung gas beracun memang menjadi potensi berbahaya di Dieng.

Sachrul menyebut, beberapa gas beracun yang ditemukan dan terkandung tinggi di Dieng di antaranya CO2, H2S, dan SO2.

Lebih lanjut, BPBD Jateng menyebut bahwa gas vulkanik atau gas beracun berupa karbon dioksida (CO2) dapat tersimpan pada permukaan bumi yang lebih dangkal dan terlepas ke permukaan seiring dengan peningkatan kegempaan.

Gas CO2 ini tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mudah terbakar atau bahkan dapat mematikan api.

Selain itu, gas CO2 memiliki berat jenis yang lebih tinggi dari udara sehingga akan selalu berada di bagian bawah dari lapisan udara dan akan berkumpul pada elevasi yang lebih rendah.

Diketahui konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) di Kawah Sinila Dieng pada tahun 1979 tercatat sebesar 200.000 ppm, sementara konsentrasi maksimum CO2 yang tidak membahayakan adalah sebesar 5.000 ppm.

Sumber:
batur.banjarnegarakab.go.id  
ppid.jatengprov.go.id  
banyumas.tribunnews.com 
kompas.id 
kompas.com (Penulis : Dandy Bayu BramastaNur Fitriatus Shalihah, Editor : Sari Hardiyanto)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Stigma terhadap Aceh Bakal Menguat jika BNN Razia Kuliner Mengandung Ganja

Regional
Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Hapus Stigma Makanan Aceh Mengandung Ganja, BNN Bakal Razia Rumah Makan

Regional
Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Remaja di Kupang Tikam Seorang Pria karena Dianiaya Saat Melintas di Acara Pesta Ulang Tahun

Regional
Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Berendam di Pemandian Air Panas, Warga Ambarawa Meninggal Usai Membasahi Kaki

Regional
Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Ikut Penjaringan Pilkada di Empat Partai, Sekda Semarang: Kehendak Semesta

Regional
Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Perayaan Waisak, Ada Pelarungan Pelita di Sekitar Candi Borobudur

Regional
Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Goa Garunggang di Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Longsor di Maluku Tengah, Satu Rumah Warga Ambruk

Regional
Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Kunjungi Bocah Korban Kekerasan Seksual, Walkot Pematangsiantar Beri Motivasi hingga Santunan

Regional
Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Pemkot Semarang Raih Opini WTP 8 Kali Berturut-turut, Mbak Ita: Cambuk agar Lebih Baik

Regional
Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Organisasi Guru di Demak Tolak Larangan Study Tour, Ini Kata Mereka

Regional
Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Teknisi di Lampung Gondol Rp 1,3 Miliar, Curi dan Jual Data Internet

Regional
Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Warga Cepu Temukan Fosil Gading Gajah Purba, Diduga Berusia 200.000 Tahun

Regional
Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Video Viral Seorang Pria di Kupang Dipukul Pakai Kayu di Tangan hingga Pingsan, Kasus Berujung ke Polisi

Regional
Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Pembunuh Kekasih Sesama Jenis di Banten Dituntut 16 Tahun Penjara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com