KOMPAS.com - Pemerintah Nusa Tenggara Timur (NTT) akan melakukan vaksinasi darurat rabies terhadap seluruh hewan penular rabies di Kabupaten Timor Tengah Selatan, setelah satu orang meninggal dunia dan puluhan lainnya diduga terinfeksi virus rabies.
Seorang ahli memperingatkan jika penanganannya tidak tepat, virus akan menyebar ke wilayah lain dan menjadi wabah yang besar.
Jumlah warga yang diduga terinfeksi virus rabies meningkat di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Pulau Timor, NTT.
Pada Rabu (31/5/2023) sore, jumlah kasus yang dilaporkan digigit anjing menjadi 72 orang, meningkat dari 46 orang sehari sebelumnya, dengan satu orang meninggal dunia.
Baca juga: Korban Gigitan Anjing Rabies di TTS Tambah Jadi 46 Orang, Tersebar di 9 Kecamatan
Di antara kasus-kasus tersebut, sebanyak 10 orang mengalami “gejala rabies”, yang beberapa di antaranya demam, nyeri tenggorokan, dan cemas.
Kasus gigitan anjing itu dilaporkan terjadi di 21 desa di sembilan kecamatan, yaitu Kecamatan Kuatnana , Kolbano, Kualin, Nunkolo, Amanuban Timur, Amanuban Tengah, Amanatun Selatan, Fautmolo dan Kie.
Dokter hewan Maria Geong, yang memegang gelar doktor di bidang mikrobiologi-epidemiologi, memprediksi virus penyebab penyakit anjing gila itu akan menyebar ke wilayah lainnya di seluruh daratan Pulau Timor, NTT, jika pemerintah setempat tidak melakukan langkah yang tepat untuk mengatasi kasus rabies.
Bukan tidak mungkin juga virus itu merambah ke negara tetangga, Timor Leste.
Satu-satunya pilihan, menurut dia, adalah dengan melakukan blanket immunization karena sebelumnya “rabies belum pernah dilaporkan di Pulau Timor”.
Baca juga: 1 Warga Meninggal Positif Rabies, Pemkab TTS Tetapkan Status KLB
Blanket immunization adalah vaksinasi menyeluruh terhadap semua hewan yang rentan di suatu wilayah atau bahkan negara.
“Masuknya satu penyakit ke dalam satu populasi yang tidak mengenal antibodi dari penyakit ini, maka akan terjadi outbreak [wabah] yang besar,” kata Maria Geong, yang juga pernah menjabat sebagai Kepala UPTD Kesehatan Hewan NTT, kepada wartawan Eliazar Robert yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Rabu (31/5/2023).
Awalnya pemerintah setempat mengumumkan 20 orang diduga terinfeksi rabies setelah digigit anjing. Namun dalam waktu singkat jumlah kasus yang dilaporkan bertambah menjadi 72 orang pada Rabu (31/05).
Angka itu diduga akan bertambah karena “kemungkinan ada orang-orang yang sudah digigit tapi tidak melaporkan”.
Sebelumnya, pada 29 Mei, Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Laiskodat memerintahkan wali kota Kupang dan bupati di seluruh daratan Pulau Timor untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit rabies.
Baca juga: 21 Warga TTS di 7 Kecamatan Terinfeksi Rabies
Khusus Kabupaten TTS, Gubernur Viktor Laiskodat memerintahkan penertiban dengan mengandangkan dan mengikat semua anjing, baik anjing berpemilik maupun anjing liar untuk memimalisasi kasus gigitan HPR.
Viktor, melalui surat resmi, juga memerintahkan pemerintah kabupaten TTS segera mengupayakan dana pembelian vaksin anti rabies (VAR) untuk HPR dan melakukan vaksinasi darurat rabies pada seluruh HPR di daerah kasus.
Pemkab TTS menyatakan kejadian luar biasa (KLB) rabies untuk kesehatan dan wabah rabies untuk perternakan di wilayahnya sejak Selasa (30/05) malam.
Per 31 Mei, 22 orang —dari total 68 orang yang menjalani rawat jalan—sudah mendapatkan vaksin anti-rabies dosis pertama.
Dinas Kesehatan Provinsi NTT memberikan 100 vaksin untuk kasus ini.
Baca juga: Usai 1 Warga Meninggal, Kasus Anjing Positif Rabies Menyebar di 7 Kecamatan di TTS
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.