Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Kasus Rabies di NTT, Ahli Sebut Berpotensi Menjadi Wabah yang Besar

Kompas.com - 01/06/2023, 11:55 WIB
Rachmawati

Editor

Selain itu, pemerintah setempat juga akan melakukan pemusnahan selektif terhadap hewan liar.

Kasus rabies di Pulau Timor, NTT, pertama kali ditemukan di Desa Fenun, Kecamatan Amanatun Selatan, tempat salah satu korban meninggal dunia.

Sejauh ini, Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan masih melakukan “observasi” untuk mengetahui asal virus rabies itu.

Kasus rabies di Kabupaten TTS terungkap setelah Balai Besar Veteriner Denpasar mengeluarkan laporan hasil uji laboratorium dari sampel organ anjing yang mengigit seorang warga pada 28 Mei.

Anjing itu terkonfirmasi positif rabies.

Baca juga: Warga TTS yang Meninggal akibat Rabies, Sempat Lerai Anjing yang Saling Gigit

Takut diserang anjing, warga bawa senjata tajam

Sebelum rabies menyebar di Desa Fenun, warga mengaku “tidak tahu sama sekali” tentang gejala yang ditimbulkan virus itu ketika menginfeksi manusia.

Kini setelah satu warganya meninggal dan puluhan lainnya diduga terinfeksi rabies warga merasa takut dan khawatir.

"Kalau kita lihat masyarakat sedikit panik dengan situasi seperti ini, artinya kalau keluar jalan juga selalu hati-hati," kata Kepala Desa Fenun, Antonius Tefa, yang dihubungi wartawan Eliazar Robert, Rabu (31/5).

Warga beraktivitas seperti biasa, kata Antonius, tapi pada malam hari mereka selalu membawa senjata tajam, seperti parang ketika keluar rumah untuk berjaga-jaga jika mendadak diserang anjing.

Ketika bertemu anjing liar, warga langsung mengejar dan membunuh anjing itu.

Baca juga: Cegah Rabies, Warga Satu Desa di TTS Diwajibkan Ikat Anjing Peliharaan

"Dalam beberapa hari ini sudah ada sekitar empat atau lima ekor anjing liar yang dibunuh masyarakat," ujar Antonius.

Setelah rabies mewabah di Desa Fenun, semua anjing peliharaan warga langsung diikat dan dikandangankan. Hewan liar yang ditemukan berkeliaran di dalam desa pun akan langsung dimusnahkan.

Tidak boleh ada hewan yang dibawa dari luar atau masuk ke Desa Fenun karena statusnya kini diisolasi.

Meskipun demikian, hingga Rabu (31/05) siang, Antonius mengatakan belum ada vaksinasi untuk anjing.

Hanya warga yang terkena gigitan yang sudah mendapatkan perawatan dari petugas puskesmas.

Kasus rabies yang saat ini mewabahdi Kabupaten TTS, pertama kali diketahui berasal dari Desa Fenun setelah seorang warganya berinisial AB (45 tahun) meninggal dunia.

Baca juga: TTS Waspada Rabies, 20 Warga Digigit Anjing dan Satu Orang Meninggal

Tumit kaki sebelah kanan AB digigit anjing pada April lalu dan baru sakit sebulan kemudian, menurut penjelasan Antonius.

Kecurigaan terhadap virus rabies baru disadari warga setelah beberapa ekor anjing liar, Antonius menyebut jumlahnya lebih dari lima, datang ke Desa Fenun pada awal Mei.

Anjing-anjing itu secara sembarang menyerang warga dan anjing-anjing lainnya. Tak lama, anjing-anjing itu mati dan mulutnya mengeluarkan busa.

Bagaimana penyebaran virus Rabies di NTT?

Gejala rabies setelah digigit anjing yang muncul akan bergantung pada lokasi dan banyaknya virus yang masuk ke tubuh.Shutterstock/Victoria Antonova Gejala rabies setelah digigit anjing yang muncul akan bergantung pada lokasi dan banyaknya virus yang masuk ke tubuh.
Dokter hewan Maria Geong mempertanyakan surveilans yang dilakukan pemerintah terhadap penyakit ini dan menyebut KLB rabies di TTS adalah bentuk “kecolongan”.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Anjlok dan Cold Storage Tak Memadai, Nelayan di Aceh Terpaksa Buang 3 Ton Ikan

Harga Anjlok dan Cold Storage Tak Memadai, Nelayan di Aceh Terpaksa Buang 3 Ton Ikan

Regional
Pilkada Banten 2024, Gerindra-Demokrat Ingin Lanjutkan KIM di Banten

Pilkada Banten 2024, Gerindra-Demokrat Ingin Lanjutkan KIM di Banten

Regional
Pengusaha Kerajinan Tembaga Boyolali Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Dibunuh

Pengusaha Kerajinan Tembaga Boyolali Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Dibunuh

Regional
Puncak Gunung Lewotobi NTT Hujan Deras, Warga Diimbau Waspadai Banjir Lahar

Puncak Gunung Lewotobi NTT Hujan Deras, Warga Diimbau Waspadai Banjir Lahar

Regional
Pagi Berdarah, Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri di Jalan Desa

Pagi Berdarah, Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri di Jalan Desa

Regional
Kapal Logistik dari Malaysia Karam di Perairan Kepulauan Meranti

Kapal Logistik dari Malaysia Karam di Perairan Kepulauan Meranti

Regional
SDN 52 Buton Terendam Banjir, Pagar Sekolah Terpaksa Dijebol

SDN 52 Buton Terendam Banjir, Pagar Sekolah Terpaksa Dijebol

Regional
Tantang Mahyeldi pada Pilkada Sumbar, Bupati Solok Daftar ke Nasdem

Tantang Mahyeldi pada Pilkada Sumbar, Bupati Solok Daftar ke Nasdem

Regional
Kemeriahan BBI BBWI dan Lancang Kuning Carnival di Riau, dari 10.000 Penari hingga Ratusan UMKM dan Ekonomi Kreatif

Kemeriahan BBI BBWI dan Lancang Kuning Carnival di Riau, dari 10.000 Penari hingga Ratusan UMKM dan Ekonomi Kreatif

Regional
Bersengketa di MK, Penetapan Kursi DPRD Bangka Belitung Tertunda

Bersengketa di MK, Penetapan Kursi DPRD Bangka Belitung Tertunda

Regional
Banjir Luwu, Korban Meninggal Jadi 10 Orang, 2 Masih Dicari

Banjir Luwu, Korban Meninggal Jadi 10 Orang, 2 Masih Dicari

Regional
Capaian Keuangan Sumsel, Nilai Ekspor 503,09 Juta Dollar AS hingga NTUP Naik 1,5 Persen 

Capaian Keuangan Sumsel, Nilai Ekspor 503,09 Juta Dollar AS hingga NTUP Naik 1,5 Persen 

Regional
Pemprov Sumsel dan Pemerintah Kanada Perkuat Kerja Sama Tangani Perubahan Iklim lewat Sektor Pertanian

Pemprov Sumsel dan Pemerintah Kanada Perkuat Kerja Sama Tangani Perubahan Iklim lewat Sektor Pertanian

Regional
Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Guncang Sumba Barat Daya NTT

Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Guncang Sumba Barat Daya NTT

Regional
Seorang Ibu di Kupang Potong Tangan Anaknya hingga Nyaris Putus

Seorang Ibu di Kupang Potong Tangan Anaknya hingga Nyaris Putus

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com