SEMARANG, KOMPAS.com - Ratusan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) melakukan aksi demontrasi di depan kantor rektorat.
Aksi demontrasi tersebut dilakukan untuk memprotes naiknya biaya Iuran Pengembangan Institusi (IPI) 2024 yang mencapai ratusan juta rupiah.
Ketua BEM Unnes, Baharudin Adi Sajiwo mengatakan, naiknya biaya IPI dianggap tidak mempunyai dasar dan tidak melibatkan mahasiswa.
"Nominal IPI pada 2023 maksimal di angka Rp 25 juta. Hari ini mencapai Rp 100 juta, bahkan Rp 200 juta di Program Studi Farmasi dan Kedokteran," kata Baharuddin, Selasa (7/5/2024).
Baca juga: Pilkada Semarang, PDI-P Buka Peluang Berkoalisi dengan Gerindra
Menurutnya, naiknya biaya IPI akan menyulitkan mahasiswa baru jalur mandiri yang akan mendaftar di Unnes.
"Ada pula kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di Fakultas Kedokteran dan banyak mahasiswa melaporkan keberatan nominal UKT pasca penetapan," kata dia.
Berdasarkan hasil survei BEM Unnes, sekitar 600 mahasiswa baru mengeluhkan keberatan nominal UKT.
"Bahkan, seharusnya IPI dan UKT tidak boleh naik. Bahkan, seharusnya biaya pendidikan itu gratis. Sama dengan amanat undang-undang bahwa pendidikan adalah hak," papar dia.
Baca juga: Ketua Kadin Kota Semarang Ambil Formulir Pendaftaran Penjaringan Pilkada di PDI-P
BEM Unnes melihat, kebijakan tersebut dampak dari berubahnya status Unnes dari Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN-BLU) ke Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum( PTN-BH) pada akhir 2022 lalu.
"Padahal, kebijakan itu kami tolak mati-matian," ucap dia.