Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugaan Prostitusi Anak di Balik Kasus 11 Pria Perkosa Bocah Usia 16 Tahun di Sulteng

Kompas.com - 31/05/2023, 12:13 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pemerhati anak dan pendidikan Retno Listyarti meminta kepolisian menelusuri dugaan prostitusi anak dalam kasus yang menimpa gadis berusia 16 tahun di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Pasalnya, para pelaku melancarkan aksinya dengan cara mengiming-imingi korban mendapatkan pekerjaan dan uang.

Hingga Selasa (30/5/2023) Polda Sulawesi Tengah telah menahan lima tersangka dari 11 terduga pelaku dan memeriksa sejumlah saksi. Meski demikian hasil penyelidikan belum mengungkap motif para pelaku.

Sementara itu pendamping korban, Salma Masri, mengatakan kondisi kesehatan anak terus memburuk lantaran alat reproduksinya mengalami infeksi akut dan rahimnya terancam diangkat.

Baca juga: Polisi Diduga Perkosa Anak 16 Tahun di Parimo Sulteng Belum Jadi Tersangka, Ini Alasannya

Salma Masri bercerita psikis korban anak hingga saat ini masih sangat terguncang. Situasi tersebut diperparah dengan kondisi kesehatannya yang kian memburuk.

Dalam sejumlah rangkaian pemeriksaan ditemukan adanya infeksi akut pada alat reproduksi korban anak sehingga harus dilakukan tindakan operasi untuk mengangkat rahimnya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari ibu korban anak, sambung Salma Masri, proses pengangkatan rahim akan dilaksanakan pada Rabu (30/5/2023).

Untuk itulah kata Kepala Unit Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) provinsi Sulawesi Tengah, Patricia Z Yabi, pihaknya belum bisa menggali lebih jauh kronologi yang menimpa korban anak.

"Melihat kondisi saat ini korban anak tidak memungkinkan kami asesmen. Jadi kami tunda bertanya sebenarnya apa yang terjadi. Kami prioritaskan kesehatannya supaya bisa bicara lebih baik," ujar Kepala Unit Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Sulawesi Tengah, Patricia Z Yabi, kepada wartawan Eddy Djunaedy yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Baca juga: Terbongkarnya Kasus Pemerkosaan Gadis 16 Tahun oleh 11 Pria di Sulteng

Salma Masri juga menerangkan dalam banyak kasus kekerasan seksual yang dialami anak, kasusnya cenderung terlambat dilaporkan.

Sebab mereka tidak punya keberanian untuk menceritakan apa yang dialami.

Dalam kasus di Kabupaten Parigi Moutong, kata Salma, korban berani menceritakan kejadian tersebut setelah merasakan sakit di organ reproduksinya ke sang bapak.

"Hampir semua kasus yang kami dampingi terlampat melaporkan," tegasnya.

Kendati demikian, pendamping korban dan Kepala Unit Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Sulawesi Tengah minta kepolisian mengusut tuntas kasus tersebut dan menangkap semua pelakunya.

Termasuk menjerat para pelaku dengan pasal "yang membuat efek jera".

"Kami akan pantau apakah dalam penerapan pasal yang digunakan penyidik, juga menerapkan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual. UU ini akan menjawab mengenai pemulihan secara utuh pada korban dan restitusi atau ganti rugi yang sudah dialami korban pasca kejadian pemerkosaan," terang Salma.

Baca juga: Kronologi Gadis 16 Tahun di Sulteng Diperkosa 11 Orang, Ini Pelakunya

Seperti apa proses hukumnya?

Ilustrasi kekerasan pada anakShutterstock/somchaiP Ilustrasi kekerasan pada anak
Juru bicara Polda Sulawesi Tengah, Djoko Wienarto, mengatakan pihaknya telah menetapkan 10 dari 11 orang terduga pelaku sebagai tersangka.

Mereka di antaranya NT, ARH, AR, AK, FA, DU, AK, AS, AW, dan seorang kepala desa berinisial HR.

Seorang terduga pelaku lainnya yang belum ditetapkan sebagai tersangka adalah anggota Brimob berinisial HST.

Akan tetapi, polisi baru melakukan penahanan terhadap lima tersangka. Adapun lima lainnya masih dalam pengejaran alias buron.

"Kami mohon doa agar cepat tertangkap dan melakukan proses lebih lanjut kelima orang ini," ujar Juru bicara Polda Sulawesi Tengah, Djoko Wienarto kepada wartawan Eddy Djunaedy yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Baca juga: Anak 16 Tahun di Parimo Sulteng Diperkosa 11 Pria Termasuk Polisi, Guru, dan Kades

"Kami mengimbau kepada para tersangka agar kooperatif dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Jangan sampai terjadi yang tidak diinginkan karena emosi dari pihak keluarga korban dan masyarakat," sambungnya.

Djoko Wienarto juga berkata, meski kelima tersangka yang ditahan sudah diperiksa namun belum diketahui secara jelas motif para pelaku. Termasuk dugaan apakah korban anak benar dicekoki dengan narkoba.

Pasalnya para pelaku yang saling mengenal diduga membarter korban dengan narkoba jenis sabu, termasuk mengancam korban dengan senjata tajam.

Yang pasti, kata Djoko, sejauh ini pihaknya sudah mengantongi barang bukti berupa dua kendaraan mobil.

Mobil itu diduga digunakan untuk melakukan pemerkosaan.

"Sehingga kami mengambil kesimpulan [kasus pemerkosaan] ini dilakukan dalam rentang waktu berbeda, tempatnya berbeda, dan waktunya juga berbeda-beda."

Baca juga: Demi Kuasai Perhiasan Emas, Anak di Morowali Sulteng Bunuh Ibunya yang Renta

"Jadi tidak dilakukan secara bersama-sama."

Dia pun menjanjikan tidak akan 'tebang pilih' dalam penanganan kasus pemerkosaan anak yang diduga dilakukan oleh seorang anggota Brimob.

"Kami tidak akan menutup-nutupi. Kami akan menegakkan hukum sesuai prosesnya."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Pelaku 'Bullying' Murid SMP di Cilacap Terungkap Pernah 4 Kali Pindah Sekolah, Rata-rata Dikeluarkan karena Berkelahi

Pelaku "Bullying" Murid SMP di Cilacap Terungkap Pernah 4 Kali Pindah Sekolah, Rata-rata Dikeluarkan karena Berkelahi

Regional
Salon di Lhokseumawe Aceh Disegel Polisi Syariah, Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Salon di Lhokseumawe Aceh Disegel Polisi Syariah, Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Regional
Geger 2 Video 'Bullying' Cilacap, 2 Siswa Jadi Tersangka, 1 Masih Diperiksa

Geger 2 Video "Bullying" Cilacap, 2 Siswa Jadi Tersangka, 1 Masih Diperiksa

Regional
Oknum Nakes Nunukan Diduga Pungli Warga Transmigran, Dinkes Kirim Tenaga Bidan Baru

Oknum Nakes Nunukan Diduga Pungli Warga Transmigran, Dinkes Kirim Tenaga Bidan Baru

Regional
Penerbangan di Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru Kembali Terganggu Kabut Asap, 5 Maskapai Delay

Penerbangan di Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru Kembali Terganggu Kabut Asap, 5 Maskapai Delay

Regional
PT Kallista Alam Bayar Ganti Rugi atas Karhutla di Aceh Rp 57 Miliar

PT Kallista Alam Bayar Ganti Rugi atas Karhutla di Aceh Rp 57 Miliar

Regional
Karyawan Melawan dan Ditusuk, Perampokan Toko Emas di Boyolali Gagal

Karyawan Melawan dan Ditusuk, Perampokan Toko Emas di Boyolali Gagal

Regional
Kunjungi TP PKK Kabupaten Gianyar, Mbak Cicha Ingin Kembangkan Program-program TP PKK Kabupaten Kediri

Kunjungi TP PKK Kabupaten Gianyar, Mbak Cicha Ingin Kembangkan Program-program TP PKK Kabupaten Kediri

Regional
Kontigen Sepak Bola Kabupaten Kediri Raih Perak dalam Porprov VIII Jatim, Mas Dhito: Hasil yang Luar Biasa

Kontigen Sepak Bola Kabupaten Kediri Raih Perak dalam Porprov VIII Jatim, Mas Dhito: Hasil yang Luar Biasa

Regional
Bus Trans Koetaradja Banda Aceh Terapkan Sistem 'Tap On Bus' 1 Oktober

Bus Trans Koetaradja Banda Aceh Terapkan Sistem "Tap On Bus" 1 Oktober

Regional
Kembali Ditemukan Video Perundungan Siswa SMP di Cilacap, Ini Motifnya

Kembali Ditemukan Video Perundungan Siswa SMP di Cilacap, Ini Motifnya

Regional
Warga Semarang yang Buang Sampah Sembarangan Bakal Kena Denda Rp 50 Juta

Warga Semarang yang Buang Sampah Sembarangan Bakal Kena Denda Rp 50 Juta

Regional
Kekeringan di Semarang, Warga Terpaksa Mandi Pakai Air Galon

Kekeringan di Semarang, Warga Terpaksa Mandi Pakai Air Galon

Regional
Muncul Lagi Video Lain 'Bullying' Siswa SMP di Cilacap, Ini Penjelasan Polisi

Muncul Lagi Video Lain "Bullying" Siswa SMP di Cilacap, Ini Penjelasan Polisi

Regional
Jelang Piala Dunia U-17, Gibran Sebut Laga Persis Solo vs Persija Jadi Event Terakhir di Stadion Manahan

Jelang Piala Dunia U-17, Gibran Sebut Laga Persis Solo vs Persija Jadi Event Terakhir di Stadion Manahan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com