Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak "Stunting" di Madiun 400 Orang, Wali Kota Maidi: Bukan karena Kemiskinan

Kompas.com - 12/05/2023, 09:42 WIB
Muhlis Al Alawi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MADIUN, KOMPAS.com - Jumlah kasus anak yang mengalami stunting di Kota Madiun, Jawa Timur, sampai saat ini mencapai 400 orang.

Kasus itu muncul lantaran masih rendahnya kesadaran ibu hamil mengonsumsi makanan bergizi saat mengandung bayi.

“Jadi kasus stunting di Kota Madiun tidak dipicu persoalan kemiskinan. Tetapi ibu itu melahirkan anak stunting karena kebiasaan makan ibu hamil tidak terkontrol. Gizinya kurang dianggap hal yang biasa. Sayurnya kurang dianggap hal yang biasa. Ini yang perlu kita sosialisasikan kalau ibu hamil menu yang harus dihabiskan ini dan ini. Dan itu wajib. Tetapi kadang sulit. Ibu hamil sudah tua dan diberitahu agak susah,” kata Wali Kota Madiun Maidi, Kamis (11/5/2023).

Baca juga: Cerita Keluarga Pemulung di Palembang, Baru Tahu Anaknya Stunting Saat Demam

Maidi mengatakan, kasus stunting di Kota Madiun tergolong kecil dibandingkan kabupaten/ kota lainnya di Jawa Timur.

Dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, Kota Madiun, menduduki peringkat 36 terkait kasus stunting.

Maidi pun meminta agar Dinkes memantau kesehatan ibu-ibu hamil di Kota Madiun.

Bila perlu dicarikan menu yang disukai ibu hamil namun penuh gizi sehingga anak yang dilahirkan tidak lagi stunting.

Ajak pengusaha jadi bapak asuh

Agar 400 anak itu tak lagi stunting, Maidi mengajak pengusaha yang ada di Kota Pecel itu menjadi bapak asuh anak-anak yang menderita stunting.

Langkah itu dilakukan agar 400 anak yang masih stunting bisa tuntas alias zero kasus.

“Kalau sudah ada pemetaan di mana saja anak-anak yang stunting, maka saya akan kerahkan seluruh pengusaha untuk menjadi bapak asuh mereka (400 anak stunting). Saya yakin para pengusaha di Kota Madiun mau karena mereka baik-baik dan peduli dengan masalah stunting,” kata Maidi.

Maidi mengatakan, pengusaha yang menjadi bapak asuh anak-anak stunting diwajibkan memberikan makanan bergizi agar kasus stunting tidak lagi ditemukan di Kota Madiun.

Teknisnya, setiap pengusaha hanya diberikan tanggungan dua hingga tiga anak sebagai bapak asuh anak-anak stunting.

Hitungannya, dari 400 anak stunting, maka dibagi di 27 kelurahan yang ada di Kota Madiun.

Dengan demikian, satu kelurahan terdapat 18 hingga 20 anak stunting. Dari jumlah itu tinggal dibagi pengusaha yang mau menjadi bapak asuh anak-anak stunting.

“Kalau sekarang 400 anak stunting dibagi di 27 kelurahan maka setiap kelurahan ada berkisar 18 sampai 20 ana stunting. Sedangkan satu kelurahan banyak pengusaha. Maka dibagi satu pengusaha merawat dua atau tiga anak stunting pasti bisa,” tutur Maidi.

Dengan pola pengusaha sebagai bapak asuh anak stunting, mantan Sekda Kota Madiun itu optimistis kasus stunting akan tuntas paling lama tahun depan.

Baca juga: Kisah Anak Stunting di Pekanbaru, Tak Bisa Bicara dan Kaki Lemah

 

Hanya saja saat ini dibutuhkan data nama dan alamat jelas anak-anak yang masih berstatus stunting.

Untuk itu, Maidi sudah meminta agar Dinas Kesehatan Kota Madiun menemukan alamat secara detil anak-anak di Kota Madiun masih terkena stunting. Dari alamat itu, nanti akan didistribusi makanan yang sehat dan bergizi yang disumbang para pengusaha di Kota Madiun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Sengketa, KPU Tunda Penetapan 5 Caleg Terpilih di Sumbar

Ada Sengketa, KPU Tunda Penetapan 5 Caleg Terpilih di Sumbar

Regional
Imbas Letusan Gunung Ruang, 1.324 Warga Dievakuasi Keluar dari Pulau Tagulandang

Imbas Letusan Gunung Ruang, 1.324 Warga Dievakuasi Keluar dari Pulau Tagulandang

Regional
Pencarian Dihentikan, 2 Penambang Tertimbun Galian Batu Bara Dinyatakan Hilang

Pencarian Dihentikan, 2 Penambang Tertimbun Galian Batu Bara Dinyatakan Hilang

Regional
Gunung Ruang Keluarkan Asap Setinggi 600 Meter

Gunung Ruang Keluarkan Asap Setinggi 600 Meter

Regional
Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

Regional
14 Mobil Damkar Berjibaku Bersihkan Bandara Sam Ratulangi dari Debu Gunung Ruang

14 Mobil Damkar Berjibaku Bersihkan Bandara Sam Ratulangi dari Debu Gunung Ruang

Regional
TKA di Kepri Wajib Bayar Restribusi 100 Dolar AS Tiap Bulan

TKA di Kepri Wajib Bayar Restribusi 100 Dolar AS Tiap Bulan

Regional
Aksi 'May Day' di Semarang Ricuh, Polisi Semprotkan Water Canon Saat Gerbang Didobrak Massa

Aksi "May Day" di Semarang Ricuh, Polisi Semprotkan Water Canon Saat Gerbang Didobrak Massa

Regional
Ayah di Manggarai Timur Diduga Cabuli Anak Kandung sampai Melahirkan

Ayah di Manggarai Timur Diduga Cabuli Anak Kandung sampai Melahirkan

Regional
Daftar ke 4 Parpol, Pj Walkot Bodewin Siap Bertarung di Pilkada Ambon

Daftar ke 4 Parpol, Pj Walkot Bodewin Siap Bertarung di Pilkada Ambon

Regional
Culik Warga, Anggota Geng Motor di Lhokseumawe Ditangkap

Culik Warga, Anggota Geng Motor di Lhokseumawe Ditangkap

Regional
Buruh Demak Terbagi 2, Ikut Aksi di Semarang atau Jalan Sehat Bersama Pemerintah

Buruh Demak Terbagi 2, Ikut Aksi di Semarang atau Jalan Sehat Bersama Pemerintah

Regional
Selingkuh Dengan Teman Kantor, Honorer di Bangka Barat Dipecat

Selingkuh Dengan Teman Kantor, Honorer di Bangka Barat Dipecat

Regional
Pilkada Banten 2024, Airin Rachmi Diany Berharap Restu Megawati dan Cak Imin

Pilkada Banten 2024, Airin Rachmi Diany Berharap Restu Megawati dan Cak Imin

Regional
Mengenang Mei 1923, Saat Mogok Buruh Lumpuhkan Transportasi Semarang

Mengenang Mei 1923, Saat Mogok Buruh Lumpuhkan Transportasi Semarang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com