UNGARAN, KOMPAS.com - Sejak puluhan tahun lalu, Dusun Karangbolo, Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, dikenal sebagai sentra pembuatan tumpi. Tumpi adalah makanan sejenis rempeyek dengan berbagai isian.
Kepala Dusun Karangbolo Mitwa Amir mengatakan wilayahnya terkenal sebagai sentra tumpi sejak tahun 1980-an.
"Kalau punya saya sebagai generasi kedua, sudah mulai produksi sejak 1986," jelasnya, Senin (10/4/2023).
Awalnya, hanya ada sekitar 10 orang yang membuat tumpi. Namun kemudian berkembang hingga turun temurun.
Baca juga: Daftar Makanan Khas Indonesia dari 38 Provinsi
"Lalu usaha ini turun temurun hingga pembuatnya bertambah, dari orangtua ke anak. Kalau tidak bisa membuat, ada yang bagian menjual, atau sekadar membungkus. Jadi tumpi ini juga sekaligus tumpuan kehidupan warga Karangbolo," kata Amir.
Saat ini, dari tiga rukun tetangga (RT) di wilayahnya, sebanyak 52 keluarga menjadi pembuat tumpi.
"Meski begitu, semua tetap rukun karena punya pangsa pasar sendiri. Ada yang fokus di pusat oleh-oleh, ada yang di toko biasa. Jadi tidak ada yang rebutan pembeli," paparnya.
Menurut Amir, saat Ramadhan hingga Lebaran, adalah waktu 'panen' bagi para pembuat tumpi. Hal tersebut karena pesanan tumpi melonjak.
"Naiknya bisa sampai 200 persen dari hari biasa, kalau untuk harga per plastik kisaran Rp 15.000," jelasnya.
"Kalau jenisnya ada tumpi kacang hijau, tumpi kacang tanah, dan tumpi udang rebon. Selain itu juga keripik bayam, keripik tempe, untug yuyu, widaran, keripik pare, dan masih banyak lagi yang bisa dipesan," kata Amir.
Untuk sekali produksi, bisa membuat lebih dari 100 bungkus.
"Untuk sekali menggoreng biasanya bisa untuk 100 hingga 200 pack. Tergantung besar kecilnya kemasan serta permintaan pasar," ungkap Amir.
Dikatakan, tumpi Karangbolo dijual hingga keluar kota, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, hingga Kalimantan.
“Kalau keluar kota biasanya kita kirim sendiri, selain hemat juga untuk meminimalisir kerusakan pada produk. Biasanya kalau dipaketkan sering rusak dan remuk ketika sampai tujuan,” terangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.