Ia juga menegaskan, pilihan tersebut merupakan bentuk penebusan dosa yang pernah ia lakukan. Dia tidak ingin hanya berpangku tangan ketika ada orang lain yang baru terpapar HIV tidak mendapat pendampingan.
"Saya merasakan pedihnya fisik dan mental mengidap HIV diawal sakit, selain itu saya takut kalau mereka tidak didampingi kasihan akan menularkan pada anak dan isteri. Maka dari itu, saya disiplin menjadi pendamping saat ini. Ada ratusan orang dengan HIV yang saya dampingi," ungkap dia.
Saat ini kondisi kehidupan YY sungguh membahagiakan bersama istrinya yang juga orang dengan HIV. Kendati demikian, mereka berhasil dikaruniai dua anak yang negatif HIV.
"Saya memecah stigma negatif orang dengan HIV tetap bisa memiliki kehidupan yang normal, anak yang banyak serta masyarakat yang menerima saya dengan terbuka. Saya bersyukur atas semua ini. Bahkan saya berencana akan terus punya anak banyak," tambahnya tertawa lepas.
Baca juga: Perjuangan Welhelmus, 12 Tahun Hidup dengan HIV/AIDS, Sempat Divonis Usia Tinggal 3 Hari (Bagian 1)
Dalam perjalanannya menjadi pendamping orang dengan HIV, YY mengaku berhasil menyatukan banyak cinta yang nyaris kandas.
Salah satu pengalaman yang tak terlupakan baginya adalah perjalanan seorang anggota polisi pria yang divonis HIV, dua bulan sebelum menikah.
Saat mengabarkan hal tersebut ke calon pengantinnya, pihak perempuan menangis karena keluarga meminta pernikahan dibatalkan.
Beruntung, dengan bantuan YY dan istri, pernikahan keduanya berjalan dengan lancar.
"Saat itu ada seorang anggota polisi positif HIV padahal dua bulan lagi hendak menikah. Mengetahui itu pihak perempuan hendak membatalkan pernikahan, perempuannya menangis sedih, saya diminta menjadi pendamping. Saya sempat bingung memulai dari mana. Lalu saya bawalah istri dan anak saya sebagai testimoni bahwa HIV tidak menakutkan, bahwa orang dengan HIV tetap bisa memiliki keturunan dan hidup layaknya manusia lainnya," kenang dia.