KOMPAS.com - Tugu Putri Lemlai Suri atau yang biasa dikenal Tugu Telur Pecah adalah sebuah landmark di Tanjung Selor, Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara).
Bangunan ini terkait dengan cerita rakyat Kalimantan Utara tentang Kisah Putri Lemlai Suri yang menjadi asal usul Kesultanan Bulungan.
Baca juga: Kesultanan Bulungan: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan
Nama ‘bulungan’ sendiri berasal dari kata ‘bulutengon’ yang dalam bahasa setempat berarti ‘bambu betulan’ atau ‘benar-benar bambu’, yang diambil dari legenda sejarah Bulungan.
Kisah Putri Lemlai Suri ini merupakan legenda yang bersifat lisan dan merupakan cerita yang dianggap oleh masyarakat sebagai suatu kejadian yang benar-benar terjadi.
Baca juga: Gubernur Kaltara Bawa Tanah Kesultanan Bulungan dan Air Garam dalam Prosesi Kendi Nusantara IKN
Dilansir dari laman Kemendikbud, berikut adalah Kisah Putri Lemlai Suri yang keluar dari sebutir telur.
Alkisah di hilir Sungai Kayan hiduplah suku bangsa Dayak Hupan (Dayak Kayan) yang dipimpin oleh seorang yang bernama Kuwanyi.
Baca juga: Mensos Risma Dianugerahi Gelar Adat Adji Nasyrah dari Kesultanan Bulungan
Suatu hari Kuwanyi pergi berburu ke hutan, namun hari itu hutan begitu sepi sehingga tak satupun hewan dapat ia tangkap.
Namun Kuwanyi menemukan seruas bambu besar yang disebut bambu betung dan sebutir telur yang terletak di atas tunggul kayu jemlay.
Kedua benda tersebut kemudian dibawanya pulang dan diberikan kepada sang istri sebagai hasil berburu.
Saat ingin memasaknya, betapa terkejut saat istri Kuwanyi melihat dari bambu itu keluar seorang anak laki-laki dan dari telur yang dipecahkan keluar seorang anak perempuan.
Oleh Kuwanyi dan istrinya, kemunculan bayi yang dirasa aneh tersebut dianggap sebagai karunia para dewa.
Bayi laki-laki kemudian diberi nama Jau Iru dan bayi perempuan diberi nama Lemlai Suri.
Sesuai pesanan Kuwanyi dan istrinya yang mendapat sebuah wangsit, maka saat dewasa Putri Lemlai Suri dinikahkan dengan Jau Iru.
Pernikahan Putri Lemlai Suri dengan Jau Iru dikaruniai anak bernama Paren Jau, yang kemudian menggantikan posisi ayahnya setelah sang ayah wafat.
Keturunan Paren Jau bernama Paren Anyi, yang kemudian memiliki putri yang bernama Lahai Bara.
Lahai Bara mempunyai dua orang anak, yang laki-laki bernama Sadang dan yang perempuan bernama Asung Luwan.
Sadang tewas saat desanya diserang oleh suku Kenyah dari Serawak pimpinan Sumbang Lawing sementara Asung Luwan melarikan diri ke hilir Sungai Kayan.
Kecantikan Asung Luwan membukanya kemudian dinikahi oleh Datuk Mencang, seorang putra dari Raja Brunei.
Pernikahan mereka menjadi pencampuran dua wilayah dengan sistem pemerintahan yang berbeda dan membentuk kerajaan yang dipimpin oleh Datuk Mencang dan Asung Luwan bernama Bulungan.
Datuk Mencang menjadi pemimpin pertamanya dari 1555 hingga 1594 dengan didampingi Asung Luwan.
Pemerintahan Bulungan baru berubah menjadi sebuah kesultanan pada abad ke-18, tepatnya ketika Wira Amir menjadi sultan dengan gelar Sultan Amiril Mukminin.
Kisah kelahiran Putri Lemlai Suri dari sebutir telur, terus diingat karena ia telah melahirkan keturunan yang menjadi asal usul Kesultanan Bulungan.
Sumber:
potensiekonomi.kaltaraprov.go.
diskominfo.kaltaraprov.go.id
labbineka.kemdikbud.go.id
gln.kemdikbud.go.id
warisanbudaya.kemdikbud.go.id
kompas.com (Penulis : Bidari Aufa Sinarizqi | Editor : Widya Lestari Ningsih)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.