SUMBAWA, KOMPAS.com - L (14) pelajar SMP yang tinggal di wilayah sulit akses di Sumbawa diduga mengalami kekerasan seksual yang dilakukan tetangganya.
Aksi tersebut dilakukan tersangka berinisial H (52) di kebun kopi milik warga setempat. H kini sudah diamankan di Mapolres Sumbawa.
Kasat Reskrim Polres Sumbawa yang dikonfirmasi melalui Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Aiptu Arifin Setioko yang dikonfirmasi Jumat (7/10/2022) membenarkan adanya kasus tersebut.
Disebutkan, korban didampingi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Sumbawa. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap korban diketahui ia memiliki hubungan asmara dengan terduga pelaku.
Baca juga: Hotline Pelaporan Kekerasan Seksual di Daerah 3T Belum Maksimal, Ini Langkah Kementerian PPPA
Hubungan itu terjalin sejak Agustus 2022. Ia menjelaskan, kasus ini terungkap ketika pelaku meminta sejumlah uang senilai jutaan rupiah yang pernah diberikan kepada korban.
Penagihan uang itu gara-gara korban menolak ajakan berhubungan seksual dari tersangka.
Korban yang tidak terima perlakuan H mengadukan pemerkosaan kepada orangtuanya.
Kedua orangtua korban sempat bertemu secara kekeluargaan dengan pelaku. Dalam pertemuan itu diketahui bahwa H ingin menikahi korban namun ia sudah memiliki istri dan anak.
Keluarga H yang mengetahui hal tersebut melabrak korban dan meminta keluarganya mengembalikan uang.
Orangtua korban melaporkan ke Polsek Batulanteh 28 September 2022. Hingga kasus itu dilimpahkan ke Unit PPA Reskrim Polres Sumbawa 29 September 2022.
"Kami sudah memeriksa pelaku dan perbuatannya telah diakui. Dalam waktu dekat kami akan turun ke desa tersebut untuk memeriksa sejumlah saksi dan melihat langsung TKP di kebun kopi milik warga," kata Arifin.
Disebutkan, pada TKP tersebut tidak ada rumah, lokasi itu adalah kebun kopi di perbukitan dan pegunungan.
Menurut keterangan korban jika ingin berhubungan, keduanya selalu mendatangi tempat itu.
Korban mengakui awalnya diberi uang lebih dari Rp 1 juta. Kedua, dibelikan ponsel. Selanjutnya korban diberikan uang Rp 150.000 sampai Rp 50.000.
Arifin menerangkan, tidak mudah menjangkau TKP karena desa tersebut wilayah sulit akses. Apalagi saat ini musim hujan akan semakin sulit menuju ke sana.