Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaji ASN Pemkot Solo Tidak Cukup Buat Beli Rumah di Dalam Kota dan Kawasan Terdekat

Kompas.com - 06/10/2022, 16:27 WIB
Labib Zamani,
Khairina

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Gaji yang diterima aparatur sipil negara (ASN) Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah setiap bulan tidak mencukupi membeli rumah di dalam kota maupun daerah terdekat di Solo.

Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Solo, Dwi Ariyatno mengatakan, harga tanah dan bangunan tidak sebanding dengan penghasilan ASN, meski mereka mendapatkan gaji pokok dan tambahan penghasilan pegawai (TPP).

Gaji pokok ASN Pemkot Solo paling rendah golongan I sebesar Rp 1,8 juta hingga Rp 1,9 juta. Mereka masih mendapatkan TPP paling rendah Rp 1,5 juta.

Baca juga: Cerita Nakes Non-ASN di Bima, 12 Tahun Mengabdi di Puskesmas, Honor dari Sumbangan PNS

 

Sehingga penghasilan ASN keseluruhan tanpa pekerjaan sambilan paling rendah Rp 3 juta.

"Paling tinggi asumsinya golongan IV gaji pokoknya sekitar Rp 4,5 juta. Kalau dia menduduki jabatan misal yang paling tinggi Pak Sekda ya lumayan. Misal ada tambahan penghasilan di atas Rp 10 juta," terang Dwi dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (6/10/2022).

Dwi mengasumsikan ASN Pemkot Solo golongan III yang mendapatkan penghasilan sekitar Rp 3 sampai Rp 7 juta per bulan tidak mencukupi membeli rumah di kawasan terdekat Solo atau lapis satu.

Dwi mengilustrasikan kawasan lapis satu yakni Blulukan, Kartasura, Colomadu, Tohudan dan Gawanan. Di daerah ini untuk harga tanahnya sudah mahal.

"Itu pun harganya sudah luar biasa tinggi. Lha kemampuan bayar plus biaya pembangunan dengan perhitungan angsuran tiap bulan ditambah DP posisinya masih berat. Bisa mengambil 60 persen dari pendapatan keseluruhan ASN," ungkap dia.

Baca juga: ASN Wajib Naik Ojol Setiap Selasa, Parkiran Balai Kota Makassar Kosong, Jalanan Lengang

Dwi menambahkan ASN Pemkot Solo punya kemampuan membeli rumah berada di luar daerah Solo yang harganya lebih murah. Di luar daerah pun kata Dwi ada di beberapa kawasan tertentu.

Untuk mendapatkan hunian itu, ASN Pemkot Solo bisa membeli di kawasan lapis tiga. Lapis tiga ini, kata Dwi, misalnya Ngemplak, Asramahaji, Jeruk Sawit, Wonorejo, Mojolaban, dan Bekonang.

"Kalau ingin mendapatkan standar rumah yang paling mungkin yang tipe paling kecil 36 harganya Rp 300 juta sampai Rp 400 juta itu kemampuan kita. Itu adanya lapis ketiga," ungkapnya.

"Praktis ketika mendapatkan rumah di sana pengeluarannya berubah menjadi transport. Pembiayaannya berpindah dari pembiayaan rumah ke pembiayaan mobilitas. Kondisinya seperti itu," sambung Dwi.

Sementara berdasarkan data ASN Pemkot Solo tercatat ada sekitar 6.100 orang. Mereka yang berusia 40 tahun ke bawah rata-rata belum memiliki rumah sendiri.

Mereka ada yang masih ikut orangtua, mengontrak rumah dan menyewa kamar indekos.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Regional
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Regional
Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Regional
Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Regional
Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, 'Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta'

Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, "Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta"

Regional
Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Regional
Sempat Menghilang, Pedagang Durian 'Sambo' Muncul Lagi di Demak

Sempat Menghilang, Pedagang Durian "Sambo" Muncul Lagi di Demak

Regional
Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Regional
Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Regional
Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com