Pada 2013 silam, dirinya diundang untuk hadir dalam Konferensi yang sama di Okinawa Jepang.
Kemudian berlanjut ke 2018 di San Diego California Amerika. Kali ini ia kembali mendapat undangan khusus dari Korea Selatan.
"Saya tidak masuk dalam delegasi, tetapi saya diundang secara terpisah oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Korea Selatan. Karena saya masuk dalam jejaring sampah pesisir dan laut dunia," kata Stefan.
Baca juga: Goa Batu Cermin Labuan Bajo Akan Dibuka untuk Wisatawan
Dirinya pun mengaku bangga mendapat undangan untuk dapat hadir dalam agenda internasional tersebut.
Dalam forum itu, dia berkesempatan membagi kisah tentang suka duka dalam menangani sampah plastik.
"Tentang sampah plastik pesisir dan lautan, perlu ada kerja sama dalam mengatasinya. Karena, air dan laut menghubungi kita semua," ujarnya.
Baca juga: Nelayan di Labuan Bajo Terluka Usai Tabrak Pelampung Lampu Suar, Kapal Rusak Parah
Dirinya mengaku sangat bangga karena Indonesia tahun ini meraih peringkat dua dunia sebagai negara yang mampu mengelola sampah lautan selain China yang menempati urutan satu.
Ia pun berharap sepulangnya dari konferensi tingkat tinggi tahunan di Busan Korea Selatan bisa bertukar pengalaman dan membangun jejaring dengan berbagai pihak, baik lokal atau global agar lebih efektif menangani sampah plastik pantai dan lautan, termasuk sungai serta danau.
"24 September ini saya balik ke Indonesia. Caranya kita bentuk citizen scientist kebersihan sampah berbasis masyarakat setempat dan partnership dengan internasional. Kita bisa," imbuhnya.
Ia menambahkan, selama mengikuti konferensi dunia itu, dirinya mengenakan pakaian adat Manggarai, NTT.
"Ini tanda saya mencintai budaya daerah. Tugas saya adalah mempromosikan karya intelektual orang Manggarai yakni kain Songke," tambah dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.