Salin Artikel

Cerita "Plastic Man" dari Labuan Bajo, Jadi Peserta Konferensi Sampah Sedunia di Korea Selatan

Pria yang dibiasa disapa Evan itu menuturkan, memiliki pengalaman dalam hal mengelola sampah plastik di Labuan Bajo, tempat ia berasal.

Pengalaman itu juga ia bagikan ke para peserta konferensi dari berbagai negara di Busan, Korea Selatan.

Ia melanjutkan, Konferensi sampah plastik sedunia yang disponsori oleh Badan Lingkungan Hidup Dunia (UNEP) dan Kementerian Kelautan, Perikanan Amerika Serikat (NOOA) itu diikuti oleh lebih dari 100 negara.

Mereka yang tergabung dalam forum tingkat tinggi tahun 2022 itu fokus berbicara tentang penanganan sampah plastik yang sudah lama menjadi isu dunia.

Tak terkecuali 7 orang peserta yang diundang dari Indonesia.

"Ada dari pemerintah pusat, ada dosen, semua 7 orang. Termasuk saya, plastic man dari Labuan Bajo," tutur Stefanus saat dihubungi Kompas.com via telepon, Rabu (21/9/2022).

Ia mengatakan, butuh proses panjang untuk dapat menjadi peserta konferensi sampah sedunia tersebut.

Selama ini, dirinya memang dikenal sebagai salah seorang pegiat lingkungan, khususnya dalam hal penanganan sampah plastik.


Pada 2013 silam, dirinya diundang untuk hadir dalam Konferensi yang sama di Okinawa Jepang.

Kemudian berlanjut ke 2018 di San Diego California Amerika. Kali ini ia kembali mendapat undangan khusus dari Korea Selatan.

"Saya tidak masuk dalam delegasi, tetapi saya diundang secara terpisah oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Korea Selatan. Karena saya masuk dalam jejaring sampah pesisir dan laut dunia," kata Stefan.

Dirinya pun mengaku bangga mendapat undangan untuk dapat hadir dalam agenda internasional tersebut.

Dalam forum itu, dia berkesempatan membagi kisah tentang suka duka dalam menangani sampah plastik.

"Tentang sampah plastik pesisir dan lautan, perlu ada kerja sama dalam mengatasinya. Karena, air dan laut menghubungi kita semua," ujarnya.

Dirinya mengaku sangat bangga karena Indonesia tahun ini meraih peringkat dua dunia sebagai negara yang mampu mengelola sampah lautan selain China yang menempati urutan satu.

Ia pun berharap sepulangnya dari konferensi tingkat tinggi tahunan di Busan Korea Selatan bisa bertukar pengalaman dan membangun jejaring dengan berbagai pihak, baik lokal atau global agar lebih efektif menangani sampah plastik pantai dan lautan, termasuk sungai serta danau.

"24 September ini saya balik ke Indonesia. Caranya kita bentuk citizen scientist kebersihan sampah berbasis masyarakat setempat dan partnership dengan internasional. Kita bisa," imbuhnya.

Ia menambahkan, selama mengikuti konferensi dunia itu, dirinya mengenakan pakaian adat Manggarai, NTT.

"Ini tanda saya mencintai budaya daerah. Tugas saya adalah mempromosikan karya intelektual orang Manggarai yakni kain Songke," tambah dia.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/22/084448078/cerita-plastic-man-dari-labuan-bajo-jadi-peserta-konferensi-sampah-sedunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke