Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Transpuan di Kota Semarang di Tengah Pandemi, Menepis Stigma hingga Bertahan Hidup

Kompas.com - 20/08/2022, 21:55 WIB
Muchamad Dafi Yusuf,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

 

Pandangan warga

Mega, seorang ibu rumah tangga yang juga murid Silvi mengaji, mengaku terbantu dengan inisiatif Silvi yang membuka tempat mengaji sejak pandemi.

Meski mempunyai kesibukan di rumah, dia tetap ingin belajar baca Al-Quran. Hampir setiap sore dia menyisakan waktunya untuk ikut ngaji.

"Ya pasti ada bolong-bolong juga, tapi selalu saya sempat-sempatkan," kata Mega.

Apalagi, sedari remaja Mega sudah mengenal Silvi. Dia mengatakan, Silvi merupakan pribadi yang baik hati dan suka menolong warga sekitar.

Selain itu, Silvi juga lahir di keluarga yang mengerti agama. Hal itulah yang membuatnya semakin yakin untuk belajar baca Al-Quran dengan Silvi.

"Saya tahu kalau dia transpuan, tapi dia memang bisa baca Al-Quran. Keluarganya juga mengerti agama jadi ya tak apa-apa mengaji di tempatnya," ujar dia.

Bahkan, Mega juga mempercayakan anaknya yang berusia belum genap lima tahun untuk diajari mengaji baca Al-Quran di rumah Silvi.

Baca juga: Berniat Sembunyikan 51 Paket Sabu di Pos Polisi, Kurir Narkoba di Semarang Malah Kena Tilang

"Selain dekat rumah ya, kami juga sudah kenal," tutur Mega.

Hal yang sama dikatakan Sutirni. Sampai saat ini, dia mempercayakan anaknya untuk ikut belajar baca Al-Quran dengan Silvi.

Selain lokasi belajar yang dekat dengan tempat tinggalnya, anaknya juga suda terlanjur nyaman belajar dengan Silvi.

“Sudah ikut dua tahun ini anak saya,” kata dia.

Dia bersyukur karena anaknya bisa belajar baca Al-Quran sejak kecil.

Sebelum ada Silvi, anaknya tak pernah belajar mengaji. Sutirni juga mengaku tak lancar baca tulis Al-Quran.

“Saya terbantu, apalagi saya tak punya ilmu untuk baca dan tulis Al-Quran,” imbuh dia.

Sebenarnya, ada pilihan anaknya belajar baca Al-Quran di tempat yang lain, namun lokasinya cukup jauh dengan tempat tinggalnya.

Hal itu membuat Sutirni yang setiap hari bekerja hingga pukul 16.00 WIB tak bisa mengantar anaknya belajar Al-Quran di tempat tersebut.

“Kalau di tempat Silvi anak saya tak perlu diantar karena dekat,” imbuh dia.

Disinggung soal Silvi sebagai transpuan, Sutirni tak mempermasalahkan hal itu. Menurutnya, Silvi sudah mengajari anaknya belajar baca Al-Quran dengan baik.

“Tak masalah, lha mau sama siapa lagi. Dia (Silvi –red) di masyarakat juga baik,” ungkap dia.

Menurutnya, menjadi guru ngaji bagi anak-anak di sekitar rumahnya menjadi kebahagiaan tersendiri. Itu adalah bukti jika dirinya sudah diterima oleh warga sekitar sebagai transpuan.

Selain itu, dia juga ingin menunjukan bahwa transpuan seperti dirinya tak dipandang sebelah mata karena mampu diterima oleh masyarakat sekitar tanpa adanya diskriminasi.

"Senang saja bisa berbagi ilmu sama orang terdekat ya, dan orang-orang juga bisa menerima kami," tutur dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com