Pada tahun 2020, kasus Covid-19 di Kota Semarang semakin menggila. Saat itu pemerintah melarang warga untuk berkerumun.
Hal itu membuat guru baca Al-Quran yang biasa menjadi guru mengaji di kampung Randusari terpaksa menutup kelas mengaji untuk warga sekitar.
"Saat itu sepertinya ada PPKM ya jadi dilarang berkerumun. Jadi guru mengaji itu tak lagi mengajar," kata dia.
Imbas adanya kekosongan guru mengaji, membuat sejumlah orangtua yang merupakan tetangga Silvi kebingungan mencari guru mengaji di kampung tersebut.
Lantas, Silvi memberanikan diri untuk menawarkan sebagai guru mengaji bagi anak-anak di sekitar rumahnya. Saat itu, tawarannya disambut positif oleh warga sekitar.
Apalagi, di mata tetanggaya, Silvi memang pintar baca Al-Quran sedari remaja. Selain itu, Silvi juga lahir dan tumbuh di keluarga yang mengerti agama.
Jika dihitung, dia sudah khatam Al-Quran sebanyak tiga kali. Hal itulah yang membuat warga yakin jika Silvi mampu mengajar baca Al-Quran.
"Dulu aku pernah khatam Al-Quran beberapa kali terus coba nawarin buat ngajarin ngaji dan orangtua anak-anak mau," tutur Silvi.
Baca juga: Sebelum Meninggal Hermanto Dardak Sempat Bahas Soal Pemindahan IKN di USM Semarang
Sampai saat ini dia sudah mengabdikan diri sebagai guru ngaji selama tiga tahun. Lambat laun, dia tak hanya mengajar anak-anak melainkan juga orang dewasa hingga ibu-ibu.
Meski mengalami pasang surut warga yang ikut ngaji, pintu rumah Silvi selalu terbuka untuk siapa saja yang ingin ngaji.
Hal itulah yang membuat warga sekitar semakin banyak yang ikut belajar baca Al-Quran di rumahnya. Kabanyakan, ibu-ibu yang ikut belajar bacca Al-Quran juga berangkat dari dasar.
"Sehingga saya lebih mudah jadi tidak berbeda-beda yang diajarkan," ujar dia.
Kegiatan keagamaan di tempatnya tak hanya setiap sore saja, melainkan setiap satu minggu satu kali juga ada pengajian ibu-ibu yang sudah rutin dilakukan.
Biasanya, pengajian tersebut diadakan ketika malam Jumat. Acara pengajian tersebut sudah berjalan sejak sebelum pandemi Covid-19.
"Awalnya, yang mengurus pengajian itu dulu orangtua saya. Namun, dia sudah meninggal sehingga saya yang meneruskan," ujar dia.
Dia menceritakan, setelah ibunya meninggal Silvi sempat menawarkan kepada warga soal pengajian mingguan teresebut dilanjut atau tidak.
"Saat itu ternyata warga pada ingin dilanjut. Akhirnya ya dilanjut sampai sekarang," imbuh dia.
Meski demikian, Silvi mengaku masih ada beberapa warga yang berpandangan negatif dengan kegiatan mengaji di rumahnya.
Namun, dia memilih untuk diam dan tak menanggapi persoalan tersebut secara serius.
Bagi Silvi yang terpenting adalah selalu berbuat baik dan bermanfaat kepada semua orang.
“Kita tak bisa menuntut semua orang baik dan mengerti kita,” kata Silvi.