Saat, Dewi Naganingrum melahirkan, Ua lengser (abdi suruhan) segera memasukkan bayi ke dalam peti dengan sebutir telur.
Baca juga: Legenda Kumbang Bernaung, Asal-usul Nama Danau Malawen
Peti tersebut dihanyutkan di Sungai Citanduy, tujuannya supaya bayi selamat dari usaha pembunuhan dari Bondan Sarati dan Dewi Pangreyep.
Ua Lengser mengumumkan pada masyaraat Galuh bahwa bayi yang dilahirkan Dewi Naganingrum telah meninggal dunia.
Sementara di pingiran Sungai Citanduy hidup sepasang kakek dan nenek yang bernama Aki dan Nini Balangantrang.
Kehidupan sehari-hari mereka adalah menangkap ikan di Sungai Citanduy.
Suatu ketika, Aki Balangantrang dikejutkan oleh peti yang berisi bayi. Aki dan nini Balangantrang yang dianggap sebagai pemberian Tuhan Yang Maha Esa.
Bayi tersebut dibawa ke daerah yang lebih aman, yaitu daerah Rancah (Geger Sunten). Di tempat ini, bayi dibesarkan dan dididik.
Suatu ketika, Aki Balangantrang mengajak puteranya ke hutan untuk menyumpit burung. Putra Aki Balangantrang sangat terpukau dengan keindahan burung dan meminta Aki Balangantran untuk tidak menyumpitnya.
Orang-orang sekitar menyebut burung tersebut dengan nama Ciung, lalu putera Aki Balangantrang menunjuk hewan lain yang dikenal dengan sebutan wanara.
Baca juga: Legenda Asal-usul Selat Bali
Putra Aki Balangantrang menyadari dirinya belum memiliki nama, akhirnya Aki Balangantrang menawarkan nama Ciung Wanara pada putera.
Pada sore hanya, Aki Balangantrang memberitahu pada nini bahwa putera mereka telah memiliki nama, yaitu Ciung Wanara.
Waktu berlalu sangat cepat, Ciungwanara tumbuh dewasa. Aki Balangantrang memintanya untuk menemui petapa sakti di Gunung Padang yang bernama Pandita Ajar Sukaresi.
Setelah berkenalan, Ciungwanara menyerahkan telur putih titipan Aki Balangantrang kepada Pandita.
Tak berapa lama, datang seekor ular naga yang mengerami telur putih tersebut. Ciungwanara terheran-heran, sebaliknya Pandita tetap tenang.
Ciung Wanara memohon kepada Pandita Ajar Sukaresi untuk berguru, Pandita menerimanya. Sejak saat itu, Ciungwanara menyebut Pandita dengan sebutan guru.
Ciung Wanara menjadi pemuda gagah perkasa yang berilmu tinggi. Suatu hari, ia diminta untuk melihat telur yang diderami ular naga.
Ciung Wanara terkejut karena telur menetas dan menjadi anak ayam jantan. Ia memohon pamit pada gurunya untuk memperlihatkan anak ayam itu pada aki dan nini. Kemudian, Aki Balangantrang memberi nama ayam itu Si Jalak Harupat.
Setelah dipimpin Patih Bondan Sarati dan Dewi Pangreyep, kondisi Kerajaan Galuh kacau balau. Banyak keributan dan kekerasan di wilayah kerajaan ini.
Bondan Sarati dan Dewi Pangreyep lebih memilih memikirkan kesenangan sendiri.
Baca juga: Cerita Singkat dan Pesan Moral Dongeng Timun Mas Asal Jawa Tengah