Dosen Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) sekaligus sutradara film dokumenter Joki Kecil Yuli Andari Merdikaningtyas, menceritakan bagaimana tradisi pacuan kuda joki cilik di Pulau Sumbawa berawal.
Menurutnya, tradisi pacuan kuda sudah ada secara turun-temurun dalam masyarakat Sumbawa.
Sebelum turnamen seperti sekarang ini, awalnya dulu pacuan kuda dibuat oleh kelompok-kelompok petani, yang ingin menguji kekuatan kudanya.
Seiring dengan itu, mereka ingin juga menguji nyali anak laki-lakinya, sehingga anak laki-laki mereka dilatih menunggang kuda.
Baca juga: Joki Cilik Meninggal Saat Pacuan Kuda, Aktivis Kampanyekan #Stopjokicilik
"Banyak foto Sultan Kaharuddin III Sumbawa yang sedang berada di arena pacuan kuda," kata Andari, demikian dia akrab disapa.
Mereka bahkan menjadwalkan kapan turnamen dilaksanakan.
Baca juga: Jemaah Haji Asal Sumbawa Meninggal karena Sakit
Setelah masa panen biasanya para petani merayakan dengan pertandingan pacuan kuda.
Menurutnya, pacuan kuda sebenarnya adalah tradisi masyarakat pascapanen dan dahulu hanya dilakukan di sawah.
Ia meyakini, pacuan kuda merupakan tradisi lantaran setiap kecamatan di Sumbawa memiliki Kerato (arena pacuan kuda).
"Karena ada duit pascapanen diselenggarakan kompetisi habis panen dengan pertandingan kuda," sebut Andari.
Baca juga: Simpan Sabu di Dalam Alat Suntik Mainan, Pria di Sumbawa Ditangkap
Dahulu, anak-anak yang berani menunggang kuda menjadi representasi keberanian anak laki-laki menantang alam.
"Riset pertama saya pada tahun 2005 saat proses pembuatan film Joki Kecil, saat itu ketika bersinggungan dengan pendidikan dan manusia modern mainset kita harus disesuaikan dengan perkembangan zaman," kata dia.
“Saat penelitian saya tahun 2005, masih ada pacuan kuda saat anak ini sekolah, joki ini akhirnya bolos sekolah sehingga muncul stigma pada diri joki ini adalah anak bandel, malas, sering tidak sekolah, dan lainnya. Mereka lebih mementingkan pacuan daripada sekolahnya,” lanjut Andari.
Setelah penelitian itu, ujar dia, ada regulasi yang yang berubah, di mana pacuan kuda joki cilik tidak lagi dilaksanakan saat joki belum libur sekolah.
Kalau pun ada hanya setelah ujian.
Baca juga: Joki Cilik Meninggal, Jatuh dan Tertindih Kuda Saat Pacuan
Andari menjelaskan, ajang pacuan kuda dengan joki cilik rentan eksploitasi.
"Saya sendiri turun ke lapangan, rentan memang," ujar dia.
Di sisi lain, menurutnya, joki cilik ini menjadi tulang punggung keluarga.
“Ada joki cilik dari Bima, bisa menabung untuk kakaknya hingga melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sampai lulus di universitas,” katanya.
Dalam tradisi orang Sumbawa, sambung Andari, anak-anak tersebut luar biasa karena membantu orangtuanya.
Dari perspektif masyarakat pedesaan, anak joki kecil ini berprestasi setelah bisa membantu orangtua mereka. Jadi anak-anak joki cilik kebanyakan merasa bangga akan prestasi itu.
"Tidak hanya laki-laki yang berperan di arena pacuan kuda tapi juga perempuan," ujar dia.
Dukungan keluarga bisa disebut bagian dari kolektivitas dari kaca mata lokalitas, semua berperan dalam lingkaran itu.
Baca juga: Tak Ada di Rumah, Wanita Asal Sumbawa Jadi DPO Kasus Penggelapan
"Momen yang ditunggu oleh keluarga baik joki, pemilik kuda, perawat kuda, maupun sandro (dukun)," papar dia.
Ibu sang joki cilik atau pemilik kuda juga berperan menyiapkan bekal saat para joki cilik bermalam di tenda, satu minggu lebih selama pertandingan.
Peran keluarga, sambungnya, juga menunjukkan bahwa hal ini merupakan tradisi turun-temurun.
“Ketika saya turun ke lapangan, saya ingin sadarkan orang, bahwa ada yang seperti itu di pacuan kuda. Anak joki ini meski pakai jimat ketika jatuh tetap sakit. Mereka ingin bermain juga usai menaiki kuda di pertandingan. Ada regulasi yang harus diubah agar lebih ramah anak (joki cilik),” jelas Andari.
“Kita mesti berikan pengertian kepada keluarga bahwa anak ini butuh ruang untuk belajar dan bermain, Jadi jangan hanya didorong untuk latihan saja, sementara sang joki kecil ini juga butuh ruang untuk belajar sambil bermain," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.