PEKANBARU, KOMPAS.com- Kain Tenun Lejo merupakan aksesoris yang digunakan sebagai sarung pelengkap baju kurung bagi laki-laki dan perempuan.
Biasanya kain ini dipakai dalam berbagai upacara seremonial budaya Melayu, seperti pernikahan, sunatan, penyambutan tamu, dan acara pementasan seni.
Tenunan khas Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, ini sudah dikenal sampai Malaysia dan Singapura.
Wisatawan yang datang ke Negeri Junjungan biasanya memesan Tenun Lejo sebagai oleh-oleh khas Bengkalis.
Namun, saat ini perajin Tenun Lejo semakin langka.
Baca juga: 17 Kru MXGP Tiba di Sumbawa, Disambut dengan Kain Tenun Kre Alang
Hal ini karena tidak banyak penenun yang mampu dan punya bakat membuatnya. Selain itu, minat pemuda untuk melestarikannya juga rendah.
Khawatir Tenun Lejo hilang tergerus kemajuan zaman, sejumlah narapidana atau warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Bengkalis diajak belajar memproduksi Tenun Lejo.
Salah satu yang menginisiasi kegiatan ini adalah SBA (35), warga binaan Lapas Bengkalis.
Sebelum menjadi narapidana, dia merupakan pengrajin Tenun Lejo dan menggantungkan hidup dari hasil menjual kain tenun tersebut.
Potensi pasar yang sangat menggiurkan serta niat untuk menjaga kelestarian budaya, membuatnya rela berbagi ilmu dengan pemuda lainnya di Lapas Bengkalis.
"Tenun Lejo ini biasa berukuran 2x1,5 meter. Motif yang kami buat yang banyak digemari. Mulai dari pucuk rebung, sentorak, siku awan, dan siku keluang," ujar SBA dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com dari Kanwil Kemenkumham Riau, Kamis (14/7/2022).
Baca juga: Cerita Sanet Sabintang, Desainer Asal Banyuwangi Bangkitkan Kembali Motif Tenun Khas Osing
Sementara itu, Kepala Lapas Bengkalis, Edi Mulyono mengatakan, awalnya Lapas Bengkalis bekerja sama dengan Usaha Tenun Putri Emas yang sudah sangat terkenal di Bengkalis ini untuk melatih keterampilan warga binaan.
Ada 25 peserta yang ikut serta, tapi karena keterbatasan sarana dan prasarana, kini tinggal lima orang saja yang bisa berkarya di bengkel kerja Lapas Bengkalis.
"Kelima WBP (warga binaan pemasyarakatan) tersebut setiap minggu bisa menghasilkan lima helai kain Tenun Lejo. Mereka diajari dan dibimbing petugas Lapas serta SBA, sebagai WBP yang berpengalaman dalam Tenun Lejo," kata Edi.