Salin Artikel

Saat Napi di Riau Ikut Lestarikan Kain Tenun Lejo yang Sudah Langka

Biasanya kain ini dipakai dalam berbagai upacara seremonial budaya Melayu, seperti pernikahan, sunatan, penyambutan tamu, dan acara pementasan seni.

Tenunan khas Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, ini sudah dikenal sampai Malaysia dan Singapura.

Wisatawan yang datang ke Negeri Junjungan biasanya memesan Tenun Lejo sebagai oleh-oleh khas Bengkalis.

Namun, saat ini perajin Tenun Lejo semakin langka.

Hal ini karena tidak banyak penenun yang mampu dan punya bakat membuatnya. Selain itu, minat pemuda untuk melestarikannya juga rendah.

Khawatir Tenun Lejo hilang tergerus kemajuan zaman, sejumlah narapidana atau warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Bengkalis diajak belajar memproduksi Tenun Lejo.

Salah satu yang menginisiasi kegiatan ini adalah SBA (35), warga binaan Lapas Bengkalis.

Sebelum menjadi narapidana, dia merupakan pengrajin Tenun Lejo dan menggantungkan hidup dari hasil menjual kain tenun tersebut.

Potensi pasar yang sangat menggiurkan serta niat untuk menjaga kelestarian budaya, membuatnya rela berbagi ilmu dengan pemuda lainnya di Lapas Bengkalis.

"Tenun Lejo ini biasa berukuran 2x1,5 meter. Motif yang kami buat yang banyak digemari. Mulai dari pucuk rebung, sentorak, siku awan, dan siku keluang," ujar SBA dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com dari Kanwil Kemenkumham Riau, Kamis (14/7/2022).

Sementara itu, Kepala Lapas Bengkalis, Edi Mulyono mengatakan, awalnya Lapas Bengkalis bekerja sama dengan Usaha Tenun Putri Emas yang sudah sangat terkenal di Bengkalis ini untuk melatih keterampilan warga binaan.

Ada 25 peserta yang ikut serta, tapi karena keterbatasan sarana dan prasarana, kini tinggal lima orang saja yang bisa berkarya di bengkel kerja Lapas Bengkalis.

"Kelima WBP (warga binaan pemasyarakatan) tersebut setiap minggu bisa menghasilkan lima helai kain Tenun Lejo. Mereka diajari dan dibimbing petugas Lapas serta SBA, sebagai WBP yang berpengalaman dalam Tenun Lejo," kata Edi.


Karena produksi masih terbatas, kata dia, pemasaran kain tenun ini masih di sekitaran Lapas saja.

Menurutnya, banyak yang berkunjung ke Lapas ikut membeli. Mulai dari pejabat Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), Kejaksaan hingga keluarga narapidana.

"Baru-baru ini Dharma Wanita Lapas Bengkalis memesan untuk seluruh anggotanya. Kewalahan juga kami. Laris manis," sebut Edi.

Ia menyebut, Tenun Lejo hasil karya warga binaan ini dijual seharga Rp 500.000 per helai, dengan modal hanya Rp 150.000 saja.

Modalnya dari koperasi pegawai, sedangkan keuntungan dibagi juga ke warga binaan dan sisanya disetorkan ke negara melalui PNBP.

Karya yang dihasilkan warga Binaan Lapas Bengkalis ini membuat Kepala Kanwil Kemenkumham Riau, Jahari Sitepu bangga.

"Saya tak menyangka, karya seni seindah ini ternyata buatan warga binaan. Bangganya lagi, di zaman modern begini masih ada ya anak muda yang mau melestarikan warisan budaya. Apalagi di tempat terbatas seperti ini. Sangat sangat bangga sama WBP ini," ucap Jahari.

Jahari berharap, pemerintah daerah setempat menaruh perhatian lebih dan membantu warga binaan, baik dari segi modal dan pemasaran.

Hal itu agar semakin banyak WBP yang terlibat dan ahli dalam membuat Tenun Lejo.

Selain meningkatkan perekonomian masyarakat Bengkalis, juga untuk menjaga warisan budaya dan kearifan lokal Bumi Melayu.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/14/095648178/saat-napi-di-riau-ikut-lestarikan-kain-tenun-lejo-yang-sudah-langka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke