Sejak itu, Agus terus saja menerima SMS dan telepon dari orang tak dikenal, berisi makian dan ancaman.
"Saya terus menerima teror dari para pemain narkoba yang merasa bisnisnya terganggu. Lebih empat bulan, SMS dan panggilan telepon isinya hanya kata kotor dan ancaman," katanya.
Agus juga tak luput dari percobaan pembunuhan. Pernah suatu ketika ia baru pulang dari Balai Desa, seseorang langsung menikamkan badiknya ke perut Agus.
Namun, ia memiliki reflek dan keberuntungan yang bagus. Tikaman tersebut berhasil ia elakkan dan hanya membuat jaket maupun kemejanya berlubang, akibat ketajaman pisau tersebut.
Baca juga: Cerita Aris, PMI yang 40 Tahun Bekerja di Malaysia, Kagumi Soekarno
Merasa gagal dan mendapat perlawanan, pelaku penikaman memutuskan segera kabur.
"Alhamdulillah, Allah masih melindungi saya. Saya sadar betul risiko Desa Bersinar. Kita semua tahu Sebatik seperti apa kalau masalah narkoba. Saya sudah yakinkan keluarga, ini niat saya, apa pun resikonya, saya berserah para Tuhan. Keluarga mendukung niat saya, jadi Bismillah saja," katanya.
Peristiwa yang dialami Agus, menjadi tambahan pengalaman dan dijadikannya pelajaran.
Hikmahnya, Agus semakin sadar, untuk menjauhkan generasi kita dari ancaman narkoba, memang tidak mudah.
Perjuangan selalu ada risiko, Agus menjadikan itu semua sebagai evaluasi dan instropeksi diri.
Sekaligus memperkuat jaminan keamanan bagi masyarakat setempat yang memutuskan menjadi relawan narkoba.
"Kita perkuat kerja sama dengan aparat kepolisian. Kita perbanyak sosialisasi dan semangat patriotisme di perbatasan. Alhamdulillah, itu menjadikan Desa Maspul sebagai salah satu desa bebas narkoba," imbuhnya.
Program Desa Bersinar ini, mewajibkan setiap Kepala Keluarga (KK) di Desa Maspul, mengisi pernyataan untuk menjaga setiap anggota keluarganya dan memastikannya menjauh dari narkoba.
Dia pun memutuskan untuk mengalokasikan sebagian kecil Dana Desa (DD) untuk mendukung program Desa Bersinar.
Ada lebih 200 Kepala Keluarga di Desa dengan luas wilayah sekitar 531 ha ini. Dari Rp 700 juta DD, dia mengalokasikan paling banyak Rp 20 juta.
Setiap 17 Agustus, masyarakat Desa Maspul dikumpulkan di taman Bersinar.
Mereka menonton bareng film dokumenter tentang pengguna narkoba, dan mendapat berita perkembangan narkoba dan konsekuensinya.
"Kita tanamkan kesadaran dan semangat perang terhadap narkoba. Benteng pertahanan terbaik dari narkoba adalah kesadaran masyarakat, bukan penjagaan aparat. Sekarang tidak peduli siapa, begitu ada aksi peredaran narkoba, laporan masyarakat sudah masuk ke Polisi," tegasnya.