Salin Artikel

Cerita Kades di Perbatasan RI-Malaysia Lawan Peredaran Narkoba, 4 Bulan Diteror Bandar

Sejak diangkat menjadi Kades, ia dipusingkan dengan banyaknya kasus narkoba di pulau yang berbatasan darat langsung dengan Malaysia ini.

Ia terus mencoba memikirkan solusi praktis untuk memerangi narkoba. Ia selalu mengumpulkan masyarakat, berdiskusi, dan mengajak untuk bersama sama menjaga anggota keluarga dari ancaman narkoba.

"Berat kalau bercerita kondisi saat itu. Desa kita ini tinggal melangkah sudah sampai Malaysia, narkoba masuk dari sana bukan rahasia sampai hari ini. Itu beban moral bagi saya, baik buruknya masyarakat di sana, adalah tanggung jawab saya sebagai Kades," ujar Agus Salim, Kamis (24/3/2022).

Sejak memutuskan tinggal di Pulau Sebatik pada 1980, Agus menyaksikan sendiri dampak merusak akibat narkoba seakan menjadi pemandangan sehari hari di wilayah ini.

Sebelumnya, Agus ikut orangtuanya yang bekerja sebagai TKI di Malaysia.

Kekhawatiran Agus terhadap perkembangan dan lingkungan di beranda negeri ini, memantabkan niatnya untuk pasang badan dan membuat perubahan.

"Saya berpikir, saya sudah diberikan amanah dan tanggung jawab dari masyarakat. Sudah disumpah, kalau tidak ada program untuk kebaikan mereka, artinya kita melanggar sumpah jabatan yang kita ucapkan," tegasnya.

4 bulan diteror

Pada 2015, Nunukan baru memiliki Badan Narkotika Kabupaten (BNK), belum BNNK seperti saat ini.

Bahkan BNK saat itu belum ada program Desa Bersih Narkoba atau Bersinar.

Masuknya narkotika jenis sabu sabu melalui Sebatik, kerap memanfaatkan anak-anak sebagai kurir dengan iming-iming tertentu, yang memicu keprihatinan lain.

Faktor tersebut, membuat Agus segera me-launching program Desa Bersinar.


Sejak itu, Agus terus saja menerima SMS dan telepon dari orang tak dikenal, berisi makian dan ancaman.

"Saya terus menerima teror dari para pemain narkoba yang merasa bisnisnya terganggu. Lebih empat bulan, SMS dan panggilan telepon isinya hanya kata kotor dan ancaman," katanya.

Agus juga tak luput dari percobaan pembunuhan. Pernah suatu ketika ia baru pulang dari Balai Desa, seseorang langsung menikamkan badiknya ke perut Agus.

Namun, ia memiliki reflek dan keberuntungan yang bagus. Tikaman tersebut berhasil ia elakkan dan hanya membuat jaket maupun kemejanya berlubang, akibat ketajaman pisau tersebut.

Merasa gagal dan mendapat perlawanan, pelaku penikaman memutuskan segera kabur.

"Alhamdulillah, Allah masih melindungi saya. Saya sadar betul risiko Desa Bersinar. Kita semua tahu Sebatik seperti apa kalau masalah narkoba. Saya sudah yakinkan keluarga, ini niat saya, apa pun resikonya, saya berserah para Tuhan. Keluarga mendukung niat saya, jadi Bismillah saja," katanya.

Peristiwa yang dialami Agus, menjadi tambahan pengalaman dan dijadikannya pelajaran.

Hikmahnya, Agus semakin sadar, untuk menjauhkan generasi kita dari ancaman narkoba, memang tidak mudah.

Perjuangan selalu ada risiko, Agus menjadikan itu semua sebagai evaluasi dan instropeksi diri.

Sekaligus memperkuat jaminan keamanan bagi masyarakat setempat yang memutuskan menjadi relawan narkoba.

"Kita perkuat kerja sama dengan aparat kepolisian. Kita perbanyak sosialisasi dan semangat patriotisme di perbatasan. Alhamdulillah, itu menjadikan Desa Maspul sebagai salah satu desa bebas narkoba," imbuhnya.

Program Desa Bersinar ini, mewajibkan setiap Kepala Keluarga (KK) di Desa Maspul, mengisi pernyataan untuk menjaga setiap anggota keluarganya dan memastikannya menjauh dari narkoba.

Dia pun memutuskan untuk mengalokasikan sebagian kecil Dana Desa (DD) untuk mendukung program Desa Bersinar.

Ada lebih 200 Kepala Keluarga di Desa dengan luas wilayah sekitar 531 ha ini. Dari Rp 700 juta DD, dia mengalokasikan paling banyak Rp 20 juta.

Setiap 17 Agustus, masyarakat Desa Maspul dikumpulkan di taman Bersinar.

Mereka menonton bareng film dokumenter tentang pengguna narkoba, dan mendapat berita perkembangan narkoba dan konsekuensinya.

"Kita tanamkan kesadaran dan semangat perang terhadap narkoba. Benteng pertahanan terbaik dari narkoba adalah kesadaran masyarakat, bukan penjagaan aparat. Sekarang tidak peduli siapa, begitu ada aksi peredaran narkoba, laporan masyarakat sudah masuk ke Polisi," tegasnya.


Peroleh pengakuan dari BNN RI

Perjuangan Agus Salim mendapat perhatian dari BNN RI. Inovasi dan cara Agus membendung pengaruh serta menekan peredaran narkoba di wilayahnya, menjadi inspirasi banyak kalangan.

Humas BNNK Nunukan, Zainal Arifin, mengatakan, berkat kiprahnya dalam menangkal narkoba di perbatasan RI – Malaysia, pada 2018, Agus Salim menerima kunjungan khusus dari Kepala BNN RI Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Heru Winarko.

"Apa yang dilakukan Pak Kades Maspul Agus Salim menjadi perhatian BNN RI. Bersama deputi bidang pemberantasan dan deputi bidang rehabilitasi, mereka datang ke Sebatik, melihat efek dari program Desa Bersinar," katanya.

Desa Maspul bahkan mendapat sertifikat penghargaan dari BNNP Kaltara.

Selain itu, di tangan dingin Agus, Desa Maspul tercatat sebagai juara 3 nasional untuk Desa Prakarsa dan Inovasi pada kompetisi yang yang digelar Kementerian Desa pada 2019.

"Efek dan pencapaian Desa Maspul juga menjadi target BNNK Nunukan. Tahun 2022, kita targetkan Pulau Sebatik untuk program pemberantasan narkoba. Kita bentuk tiga desa Bersinar lain, masing masing Desa Sei Pancang, Desa Lapri dan Desa Seberang," jelasnya.

Gagasan Agus Salim menjadikan Desa Maspul sebagai desa pertama di Kaltara yang menerapkan pola pencegahan narkoba berbasis masyarakat.

https://regional.kompas.com/read/2022/03/24/182904378/cerita-kades-di-perbatasan-ri-malaysia-lawan-peredaran-narkoba-4-bulan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke