Gunung Tidar adalah sebuah bukit setinggi 503 meter dari permukaan laut yang berada di tengah Kota Magelang, tepatnya di Desa magersari, Kota Magelang, Jawa Tengah.
Gunung Tidar memiliki daya tarik sendiri dan wisatawan yang berkunjung kebanyakan melakukan wisata rohani atau wisata religi.
Baca juga: Haornas 2017, Jokowi Akan Bangun Monumen Tanah Air di Gunung Tidar
Selain makam Syech Subakir, terdapat juga makam Kyai Sepanjang (pakuhning tanah jawi), makam Kyai Semar (Eyang Ismoyo), tugu puseran bumi tanah jawa dan tugi tiang bendera Akademi Militer.
Kyai Sepanjang adalah makam tombak milik Syech Subakir. Tombak pusaka tersebut digunakan Syech Subakr untuk mengusir demit di Tanah Jawa.
Sementara Tugu Puseran Bumi dipercaya sebagai titik tengah Pulau Jawa yang terletak di tengah tanah lapang yang luas di atas Gunung Tidar.
Selain itu tugu tersebut terletak di tengah di antara situs-situs yang ada di Gunung Tidar.
Baca juga: Air yang Dibawa ke IKN Bukan dari Jateng, Ganjar: Emang Enggak Boleh?
Dua situs di bawah tugu pusaran yaitu makam Syekh Subakir dan Kyai Sepanjang, sedangkan
yang berada di atas tugu pusaran yaitu tugu Akmil dan makam Kyai Semar.
Dalam mite Gunung Tidar diceritakan Syech Subakr diajak Eyang Ismoyo ke Alas Purwo tempat padepokan agung miliknya.
Syech Subakir kemudian diminta untuk mengharumkan kedua sumur yang berbau busuk. Hal itu harus dilakukan agar Subakir bisa menetap di sekitar Gunung Tidar.
Ia pun melakukan ritual dan membaca doa-doa yang diambil dari kitab suci hingga akhirnya air sumur berubaha menjadi wangi.
Baca juga: Dianggap Sakral, Air dan Tanah Situs Cagar Budaya Sumur Binong di Bekasi Dibawa ke IKN Nusantara
Setelah mengubah bau sumur menjadi wangi, Subakir kembali ke Gunung Tidar dan melakukan ritual yang sama serta membaca doa-daoa,
Dikisahkan saat itu Pulau Jawa masih belum stabil. Layaknya perahu di lautan, pulau Jawa masih goyah dan bisa karam jika ada gelombang.
Ia pun terus berdoa untuk menentramkan bumi tanah Jawa dengan bantuan tombak pusaka yang diringi doa-doa,
Fikha Nada Naililhaq menulis mite dalam kisah tersebut adalah menceritakan simbol kehidupan.
Baca juga: Fakta IKN Nusantara, dari Alasan Pemindahan Ibu Kota, Pemilihan Kaltim, hingga Anggaran Pembangunan
"Kedua sumur tersebut mempunyai arti dua kehidupan yang berbeda. Satu sumur yang berbau harum menandakan kehidupan manusia, sementara sumur yang berbau busuk menandakan kehidupan jin dan setan. Hal tersebut menandakan bahwa antara kehidupan manusia dan jin yang lebih tinggi derajat maupun kedudukan adalah manusia," tulis dia.
"Adanya dua kehidupan tersebut untuk menyejajarkan kehidupan di dunia serta untuk keseimbangan alam. Dimana ada harum pasti akan ada bau busuk, dan dimana ada orang baik pasti ada orang jahat. Maka dari itu, manusia harus berhati-hati dalam bertindak," tambah ia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.