Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lestarikan Batik di Semarang, Eko Haryanto: Bedakan Batik Semarang, Semarangan, dan Sembarangan

Kompas.com - 11/03/2022, 15:30 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Tidak banyak yang mengetahui jika Kota Semarang memiliki Kampung Batik dan perajin batik di dalamnya. Misalnya Eko Haryanto, Ketua Paguyuban serta satu-satunya perajin batik di Kampung Batik Semarang.

Bertempat di gerai batik miliknya, Cinta Batik Semarang tepatnya di Kampung Batik Gedong, No 430, Kelurahan Rejomulyo (Bubakan), Semarang, Eko sapaan akrabnya, membagikan cerita jatuh bangunnya sebagai pengrajin batik kepada Kompas.com, Jumat (11/2/2022).

Pada 2009, United Nations, Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) telah mengesahkan Batik sebagai salah satu warisan dunia yang berasal dari Indonesia. Dalam hal ini, kota penghasil batik di Indonesia yang sering dikenal adalah Pekalongan, Solo, dan Yogyakarta.

Baca juga: Kena PHK, Zalzilah Hidupkan Batik Semarang yang Sempat Mati Suri

Menurut Eko, banyak orang yang menyangkal jika Kota Semarang memiliki batik yang berkualitas baik.

“Padahal jauh sebelum ada batik di Pekalongan, di Semarang sudah ada. Boleh-boleh saja menyangkal, tapi menurut beberapa penelitian telah menemukan ini,” kata Eko.

Dalam sejarahnya, batik di kota Semarang sudah muncul pada 1840. Saat itu, banyak masyarakat Eropa sedang mencari kebutuhan sandang.

Maka, banyak juga masyarakat Indonesia yang diperbudak untuk memproduksi batik. Motif batik yang dibuat berupa batik pesisir, mengingat letak Semarang yang tidak jauh dari daerah pesisir.

Sementara itu, pada 1942, terjadilah Perang Dunia Dua. Sehingga, produksi batik di Semarang menjadi tidak kondusif dan vakum selama beberapa tahun.

Atas dasar itu, Eko tergugah hatinya untuk memunculkan kembali batik di Semarang. Menurut dia, warisan nenek moyang adalah suatu hal yang mahal. Dengan membantu melestarikan, maka batik akan tetap hidup.

Baca juga: Tak Sekadar Ikut Tren, Batik Semarang Punya Karakter yang Kuat

“Jika tidak ada yang melestarikan, maka akan hilang,” tuturnya kepada Kompas.com.

Eko memilih menjadi perajin batik bukan tanpa alasan. Dirinya memiliki visi untuk melestarikan budaya Indonesia, serta ingin mengembangkan batik Semarang agar dikenal banyak orang. Meskipun, tambah Eko, tidak banyak masyarakat sekitar yang mendukung visinya tersebut.

Seiring berjalannya waktu, Eko berhasil membuktikan visinya untuk mengembangkan produksi batik di Kota Semarang. Sementara, masyarakat yang dulunya tidak mendukung, menjadi tertegun dan tergugah untuk ikut mengembangkan batik.

“Hanya saja, yang produksi hanya satu, tapi yang menjual banyak sekali,” ungkap Eko.

Pojok ruang gerai Cinta Batik SemarangKOMPAS.com/Sabrina Mutiara Fitri Pojok ruang gerai Cinta Batik Semarang

Awal mula

Di balik kesuksesan Eko dalam mengembangkan batik di Kota Semarang, terdapat perjuangan yang besar sebelumnya. Pada 2006, pihak Dinas Kebudayaan Kota Semarang hendak menggelar pelatihan membatik di daerah tempat tinggalnya, Rejomulyo, Semarang Timur.

Baca juga: Selotigo, Kenalkan Lokasi Ikonik Salatiga Menjadi Motif Batik

Saat itu, kata Eko, untuk mengumpulkan 20 orang agar mengikuti pelatihan sangatlah sulit. Atas dasar keinginan dan ketertarikan Eko dalam seni membatik, maka Eko beserta isterinya, Iin Windhi mengikuti pelatihan tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Buruh di Demak yang Terpaksa Bekerja Saat Peringatan Hari Buruh

Ada Buruh di Demak yang Terpaksa Bekerja Saat Peringatan Hari Buruh

Regional
Heboh Hoaks Perampokan Klinik di Padang, Polisi Dituduh Aniaya Pelaku

Heboh Hoaks Perampokan Klinik di Padang, Polisi Dituduh Aniaya Pelaku

Regional
Dandan Riza Wardana Maju Pilkada Bandung 2024, Diusung Atalia Praratya dan Tokoh Jabar

Dandan Riza Wardana Maju Pilkada Bandung 2024, Diusung Atalia Praratya dan Tokoh Jabar

Regional
Gelar Aksi 'May Day', Buruh di Brebes Keluhkan Besaran Gaji sampai Lampu Jalan

Gelar Aksi "May Day", Buruh di Brebes Keluhkan Besaran Gaji sampai Lampu Jalan

Regional
Pembangunan Zona Hijau di Candi Borobudur Dimulai, Tempat Parkir Ditutup

Pembangunan Zona Hijau di Candi Borobudur Dimulai, Tempat Parkir Ditutup

Regional
Pencarian Warga Serang Lompat ke Laut Dihentikan

Pencarian Warga Serang Lompat ke Laut Dihentikan

Regional
Eks Wali Kota Semarang akan Maju Pilkada 2024 lewat PKB

Eks Wali Kota Semarang akan Maju Pilkada 2024 lewat PKB

Regional
Kebakaran Gudang BBM di Lampung, Api Sempat Menyambar Mobil Pemadam

Kebakaran Gudang BBM di Lampung, Api Sempat Menyambar Mobil Pemadam

Regional
Heboh Perampokan Klinik Kecantikan di Padang, Hoaks untuk Konten Medsos

Heboh Perampokan Klinik Kecantikan di Padang, Hoaks untuk Konten Medsos

Regional
Jadi Bakal Calon Gubernur Banten, Dimyati Janji Gratiskan Pendidikan TK sampai S3

Jadi Bakal Calon Gubernur Banten, Dimyati Janji Gratiskan Pendidikan TK sampai S3

Regional
Suami di Bogor Pukul Istri Usai Disusul dan Disuruh Pulang Saat Nongkrong

Suami di Bogor Pukul Istri Usai Disusul dan Disuruh Pulang Saat Nongkrong

Regional
Duel Berujung Maut Dua Pria di Bogor, Korban Dianiaya Sempat Minta Tolong Warga

Duel Berujung Maut Dua Pria di Bogor, Korban Dianiaya Sempat Minta Tolong Warga

Regional
Presiden Jokowi Akan Panen Raya Jagung di Sumbawa, 710 Personel Keamanan Disiagakan

Presiden Jokowi Akan Panen Raya Jagung di Sumbawa, 710 Personel Keamanan Disiagakan

Regional
Buruh Semarang Mengeluh 'Terlindas' Gaji Rendah dan Tingginya Biaya Pendidikan Anak

Buruh Semarang Mengeluh "Terlindas" Gaji Rendah dan Tingginya Biaya Pendidikan Anak

Regional
Anak Punk Tewas Terlindas Saat Cegat Truk di Magelang

Anak Punk Tewas Terlindas Saat Cegat Truk di Magelang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com