Selain mempertahankan fasadnya, museum ini juga menyediakan ruang pameran, ruang pertemuan, dan spot berfoto untuk para pengunjung.
Penampakan lokomotif uap bergigi E1060 yang memiliki sebutan “Mak Itam” menjadi salah satu koleksi Museum Kereta Api Sawahlunto.
Keberadaan Mak Itam tak lepas dari sejarah panjang tambang batu bara Ombilin dan menjadi saksi masa kejayaannya.
Menjadi spesial, lokomotif berwarna hitam ini memiliki gigi yang digunakan untuk menghadapi rute menanjak antara Sawahlunto-Teluk Bayur.
Mak Itam juga memiliki kekuatan mumpuni untuk menarik 40 gerbong batu bara dengan kapasitas 130 ton dalam sekali perjalanan.
Setelah pensiun pada tahun 1988, Mak Itam sempat tinggal di Museum Kereta Api Ambarawa di Jawa Tengah setelah digantikan oleh lokomotif bertenaga diesel.
Namun pada tahun 2007, Mak itam kembali ke Sawahlunto setelah museum ini berdiri.
Sementara melansir Kompas.com (28/12/2013), lokomotif uap E1060 ini pernah difungsikan sebagai kereta wisata Sawahlunto-Muara Kalaban.
Namun setelah beberapa kali mogok, Mak Itam akhirnya diistirahatkan dan tetap mendapat perawatan berkala, begitu juga dengan gerbong kayunya.
Walau begitu, pada tahun 2012 Mak Itam kembali digunakan untuk mengangkut peserta gelaran Tour de Singkarak di etape pertama yang berlangsung di Sawahlunto.
Sekarang, Mak Itam masih nampak dan dapat ditemui di salah satu sudut museum ini.
Museum Kereta Api Sawahlunto beralamat di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Pasar, Kec. Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.
Museum yang dikelola Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat ini buka hari Senin-Jumat mulai pukul 08.00-16.00 WIB.
Sementara pada hari Sabtu dan Minggu museum ini buka dari pukul 08.00-17.00 WIB.
Tiket masuk Museum Kereta Api Sawahlunto juga cukup murah yaitu Rp3.000 untuk dewasa serta Rp2.000 untuk pelajar dan anak-anak.
Sumber:
heritage.kai.id
indonesia.go.id
sumbarprov.go.id
kebudayaan.kemdikbud.go.id
kompas.com