"Saya pikir begini, dari kantor desa lama yang sudah buruk inilah masyarakat mendapatkan banyak bantuan, sehingga apa salahnya jika kita ubah kantor ini jadi lebih baik. Sehingga per kepala keluarga itu Rp 250.000 dan itu pun dicicil hingga lima sampai enam kali," ungkapnya.
Khusus bahan-bahan bangunan non lokal seperti beton, paku, seng dan semen itu dibeli atas swadaya masyarakat.
Bahkan taman untuk spot foto pun dibangun sendiri oleh Jidro, bermodalkan pengalamannya saat merantau di Bali dulu.
"Ini murni swadaya, tidak pakai tukang dari luar bahkan gedung ini pun dikerjakan tidak pakai gambar. Ketika kita sudah mulai bekerja, ada saja ide positif yang dimasukkan oleh masyarakat, ini kalau menurut orang arsitek ya tidak percaya tapi ini yang terjadi," kata dia.
Baca juga: Bertugas Awasi Proyek, ASN di Kupang Justru Jadi Mafia, Diduga Terima Suap Miliaran Rupiah
Total anggaran untuk bangunan yang dikumpulkan masyarakat sebesar Rp 70 juta lebih.
Jidro yang sudah dua periode menjadi kepala desa menuturkan, motivasinya membangun kantor desa itu karena melihat kondisi kampung halamannya tak berubah.
Dia sendiri pulang kembali ke desanya, setelah merantau selama sembilan tahun di Bali.
"Saya pulang kampung dan melihat kok kampung saya kumuh, diam, tenang dan tidak ada perubahan. Mulai dari situ saya libatkan diri dalam rapat yang digelar di balai desa, saya selalu protes karena kondisi kampung yang tidak berubah,"imbuhnya.
Baca juga: Mabes Polri Kirim Tim Asistensi Selidiki Kasus Pembunuhan Ibu dan Bayi di Kupang
Setelah itu Jidro dipilih menjadi sekertaris desa (Sekdes), dan suasana desa mulai bergeliat hingga dipercayakan sebagai kepala desa.
Jidro lalu berhasil membangun kantor desa megah tanpa menggunakan sedikit pun dana desa.
"Saya minta untuk diperiksa karena saya takut ada kecurigaan orang kalau bangun pake dana desa. Karena secara regulasi itu tidak diperbolehkan menggunakan dana desa bangun kantor desa. Kami swadaya, karena desa di udik begini mau ambil uang dari mana," kata dia.
Selain membangun kantor desa lanjut Jidro, dirinya bersama masyarakatnya membangun balai pelatihan desa.
Balai ini nantinya digunakan untuk melatih siswa-siswi SMP maupun SMA menenun, menganyam maupun latihan kerja lainnya.
"Kami juga lembur sampai malam untuk selesaikan pekerjaan ini semua. Kami juga bangun jalan setapak menggunakan batu warna Kolbano, membuat spot foto, memasang lampu hias dengan harapan menjadi lokasi wisata baru di Kabupaten TTS," kata Jidro.
Baca juga: Kades Terpilih Tak Dilantik, Warga di Flores Timur Tutup Sekolah, Kantor Desa hingga Pasar
Dia menyebut, pembangunan kantor desa ori segera rampung sehingga direncanakan kantor desa itu akan diresmikan pada bulan April mendatang.
Jidro berharap, Gubernur NTT dan Bupati TTS bisa menghadiri peresmian kantor desa itu.
"Saya juga berharap, dengan adanya kantor desa yg megah ini, aparat desa bisa lebih giat lagi dalam pelayanan kemasyarakatan dan juga bisa menambah PAD untuk desa, karena memang target saya adalah bisa jadi desa wisata," kata Jidro.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.