Pendidikan calon tentara Peta dipusatkan di Bogor yang berada di bawah unit pelatihan (kyoikutai department of the renseitai) bernama Jawa Boei Giyugun Kanbu Resentai yang kemudian disebut Jawa Boei Giyugun Kanbu Iku Tai.
Pelatihan angkatan pertama digelar pada 18 Oktober 1943 hingga 7 Desember 1943 di Bogor.
Pelatihan untuk daidanco membutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan dan mereka dilatih kepemimpinan dan kemampuan merekrut anggota batalion.
Baca juga: Soeprijadi: Masa Muda, Pemberontakan Blitar, dan Nasibnya
Sementara pelatihan untuk chudanco dilakukan selama tiga bulan. Setelah pelatihan, mereka akan dikirim kembali ke daerah untuk melatih anggota kompinya masing-masing.
Mereka akan disebar ke batalion atau daidan di Jawa dan Madura. Lalu mereka diminta untuk merekrut para pemuda di daerahnya untuk dijadikan komandon regu (budanco) dan prajurit (gyuhaei).
Pada November 1944, ada 66 batailion atau daidan Peta yang dibentuk di Jawa dan 3 batalion Petandi Bali.
Berdasarkan jumlah batalion peta diperkirakan ada 79 orang Indonesia yang dilatih menjadi komandan batalion (daidanco), sejumlah 200 komandan kompi (chudanco), sejumlah 620 komandan pleton (shodanco) dan 2.000 komandan regu (budanco).
Baca juga: Tidak Tutup Makam Bung Karno Selama Natal dan Tahun Baru, Ini Penjelasan Wali Kota Blitar
Pembentukan batalion (daidan) Peta di Blitar dilakukan pada 25 Desember 1943. Pemimpinya adalah Shodanco Supriyadi.
Batalion di Blitar adalah satu dari tiga batalion Karesidenan Kediri. Dua batalion terakhir ada di Kediri dan Tulunggagung.
Pemberontakan Peta Blitar terjadi pada 14 Februari 1945 dimotori oleh Supryadi.
Dikutip dari Kompas.com, pemberontakan dipicu kejadian usai latihan militer.
Sore itu, anggota Daidan Blitar baru pulang latihan. Tiba-tiba mereka mendengar jeritan para petani.
Baca juga: Terowongan Niyama Romusha: Sejarah, Pembangunan, dan
Petani dipaksa menjual padinya kepada kumiai (organisasi pembeli padi) melebihi jatah yang telah ditentukan.
Hal tersebut membuat para petai terancam kelaparan karena padi kebutuhan konsumsi mereka berkurang.
Para tentara PETA juga mendengar Jepang telah memerintahkan pembelian telur besar-besaran dengan harga murah untuk tentara PETA. Padahal mereka sendiri tidak pernah mendapatkan jatah telur.