"Selain itu, pasar mancanegara untuk produk gula semut juga sedang tumbuh subur, terutama di Eropa. Permintaan selalu naik karena kesadaran pola hidup sehat, mereka menggeser konsumsi gula tebu ke gula kelapa organik," ujarnya.
Untuk menampung penderes dan menyeragamkan kualitas produk, Sobirin membentuk Kelompok Tani Manggar Jaya pada tahun 2014.
Forum ini terus berkembang hingga bertransformasi menjadi Kelompok Usaha Bersama (Kube).
Saat pasar gula semut semakin bergairah, Sobirin pun berinisiatif untuk memperbaiki branding gula semutnya dengan merek "Semedo Manise".
Kualitas ditingkatkan, kemasan diperbaiki dan pasar diperluas hingga menjadi pemasok utama salah satu eksportir terbesar di Banyumas Raya.
Jalan nasib gula semut Banyumas memang selegit rasanya. Ketekunan Sobirin dalam merajut daya penderes lokal berkembang pesat dalam kurun waktu 2018-2021.
Selama itu pula, Sobirin terus berupaya untuk membuka akses pasar yang lebih luas.
Ekspor gula yang sebelumnya dilakukan dengan sistem curah, oleh Sobirin mulai diinisiasi secara mandiri.
Caranya dengan menggencarkan promosi dan mengirimkan sejumlah sampel gula ke Belanda dan Jepang.
Selain itu, dia juga sudah mendaftarkan produk Semedo Manise untuk tiga jenis sertifikasi, yakni izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), sertifikasi halal, dan sertifikasi organik.
Secara kelembagaan, Sobirin juga membentuk koperasi bernama Semedo Manise Sejahtera.
“Kami juga membuat PT untuk syarat administrasi dalam upaya ekspor impor mandiri,” ujarnya.
Tanpa diduga, upaya strategis yang dilakukan Sobirin membuat iklim Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) gula semut di Banyumas makin melejit.
Harga gula semut dari petani ke pengepul yang sebelumnya hanya Rp 7.000 per kilogram naik menjadi Rp 21.000 per kilogram pada 2020.
Alhasil, penderes dari seantero kabupaten berbondong-bondong migrasi untuk memproduksi gula semut.
Saat ini, Koperasi Semedo Manise Sejahtera memiliki 10 desa binaan dan menaungi sedikitnya 1.000 petani penderes.
“Produksi kami terus naik, dari tiga tahun lalu hanya 3-5 ton per bulan, saat ini sudah 100 ton per bulan,” ungkapnya.
Selama menjalankan bisnis gula semut, Sobirin tak pernah berpaling dari akar pemberdayaan masyarakat.
Terbukti, koperasi yang dibentuk Sobirin berkomitmen untuk menyisihkan Rp 500 per kilogram untuk dikembalikan ke petani dalam bentuk Tabungan Hari Raya (THR), BPJS Ketenagakerjaan, dan kas kelompok tani.
“Target kami (kompensasi) terus naik hingga Rp1.000 per kilogram untuk kegiatan sosial, bantuan alat dan kontribusi ke PADes setiap desa,” ujarnya.
Di kala penderes dan pengusaha tengah menikmati manisnya pasar ekspor, secara mengejutkan pandemi Covid-19 menghantam mereka.
Seluruh sektor perekonomian rakyat terimbas, tidak terkecuali industri gula semut.
Bagaimana tidak, gula semut yang selama ini bergantung pada pasar ekspor harus terhambat karena pembatasan operasional kapal kargo.
“Sejak awal tahun 2021 kapal kargo terkendala birokrasi antar negara karena Covid-19. Kalaupun ada, biaya kirim bisa naik sampai 10 kali lipat, informasinya satu kontainer bisa hampir 20.000 dolar,” katanya.
Karena itu, para pengusaha gula semut sepakat melakukan restrukturisasi harga untuk subsidi kargo.
Imbasnya, harga jual petani turun drastis dari sebelumnya Rp21.000 merosot ke angka Rp15.000 per kilogram.
Dihadapkan dengan polemik baru, Sobirin terus memutar otak.
Pasalnya, timbunan stok gula semut yang terus menggunung di gudangnya juga harus segera diputar.
Sesungguhnya Tuhan tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri, begitu pun Sobirin dengan gula semutnya.
Tak ada pilihan lain, ketika pasar ekspor dipaksa melambat, maka Sobirin harus menggenjot pasar domestik.
Dia pun melakukan riset inovasi dan meramu varian gula semut rasa jahe, rempah hingga empon-empon.
Seperti diketahui, pada awal pandemi, tren ramuan jamu tradisional dari jahe hingga empon-empon sempat ramai karena dipercaya bisa meningkatkan sistem imun demi menangkal virus Covid-19.
“Momentum itu saya manfaatkan dengan membuat produk gula varian empon-empon, jahe dan rempah,” ujarnya.