Sosialisasi yang diselenggarakan dirangkaikan dengan simulasi pameran skala kecil yang diikuti oleh UMKM lokal di Kupang yang menyajikan produk-produk khas Kupang.
Selain pameran, dilaksanakan juga simulasi perjalanan insentif yang diikuti oleh media lokal dalam rangka meninjau secara langsung kesiapan destinasi wisata untuk penyelenggaraan perjalanan insentif dengan penerapan CHSE.
Masruroh berharap, melalui kegiatan sosialisasi dan simulasi panduan ini, para stakeholders MICE di NTT, khususnya Kota Kupang, memiliki pemahaman yang sama akan pentingnya menjalankan protokol yang telah disusun dalam panduan.
Sehingga, wisatawan MICE yang akan melaksanakan kegiatannya di Kupang, dapat merasa aman dan nyaman dan sektor MICE kembali siap dan mampu bangkit kembali untuk memacu pertumbuhan dan kreativitas yang lebih baik dari sebelumnya.
Hal itu akan menjadikan Kupang sebagai destinasi MICE bernilai yang dapat memenangkan persaingan di dunia internasional.
Baca juga: Hamili Tetangga yang Masih SMA, Pemuda di NTT Ditangkap Polisi
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Zeth Sony Libing, menegasakan komitmen pemerintah provinsi NTT menggairahkan pariwisata dan ekonomi kreatif.
Pariwisata NTT, katanya, harus bangkit berdiri dan berlari menuju masyarakat sejahtera dengan mempersiapkan destinasi wisata yang pro pada penerapan panduan CHSE.
Menurut Sony, saat ini Gubernur NTT telah mengeluarkan Instruksi Nomor 49 Tahun 2019 yang meminta kepada hotel dan restoran di NTT untuk menggunakan produk lokal semisal kopi, kelor, gula semut, tenunan dan sebagainya.
“Untuk membangun pariwisata maka Pak Gubernur, Wakil Gubernur, Sekda dan sejumlah pejabat teknis berkantor di destinasi wisata. Ini semata untuk membangkitkan pariwisata. Pemerintah harus berdiri paling depan untuk beri motivasi terhadap sektor ini dalam satu semangat dan komitmen bersama tentu harus sesuai standar CHSE yang ada,” ujarnya
Sony menegaskan, pandemi membuat semua pihak harus berputar otak dan bekerja keras, kreatif dan inovatif.
Pertumbuhan ekonomi kreatif bisa dilakukan melalui pasar offline dan juga online.
Pemerintah juga menggelar acara-acara secara terbatas, seperti Festival Kelimutu, Festival Dugong, Festival budaya di Pulau Semau, Relly Wisata Timor, serta Paralayang Festival di Alor.
Semuanya digelar dengan ketat protokol kesehatan.
“MICE itu bagian dari hidup dan aktivitas kita. Kita harus jaga kebersihan, kesehatan, kenyamanan dan kelestarian lingkungan sebagaimana saran WHO dan Kemenkes RI. Kita bisa lakukan itu, tidak ada yang tidak bisa," ujar dia.
Baginya, ketika MICE dan ekonomi kreatif berjalan, maka persyaratan CHSE patuhi demi pariwisata NTT yang maju dan mensejahterakan rakyat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.