Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2008.
Baca juga: Bung Tomo, Pahlawan yang Religius Tapi Tolak Poligami
Soeprijadi atau dikenal dengan nama Sodancoh Soeprijadi lahir di Trenggalek, 13 April 1923. Namun kematiannya menjadi misteri hingga hari ini.
Pada 20 Oktober 1945, posisi Soeprijadi yang diangkat sebagai Menteri Keamanan Rakyat Kabinet Presidensial diserahkan Imam Muhammad Suliyodikusumo karena pimpinan PETA iatu tak pernah muncul lagi.
Sebelumnya pada tahun 1943, Soeprijadi bergabung dengan PETA yang dibentuk untuk membantu tentara Jepang.
Ia bertugas untuk mengawasi pekerja romusha. Penderitaan yang ia lihat membuat pemuda itu berontak melawan Jepang.
Baca juga: Kerja Rodi dan Romusha, Kerja Paksa Zaman Penjajahan
Pada 14 Februari 1945, tentara PETA yang dipimpin Soeprijadi melakukan pemberontakan. Sayangnya pemberontakan tersebut digagalkan Jepang.
Beberapa orang dihukum mati dan lainnya dipenjara. Namun keberadaan Soeprijadi tak diketahui. Ia hilang bahkan tak datang saat dinyatakan sebagai Menteri Keamanan Rakyat pada 6 Oktober 1945.
Soeprijadi resmi dijadikan Pahlawan Nasional pada 9 Okober 1975.
Baca juga: Soeprijadi: Masa Muda, Pemberontakan Blitar, dan Nasibnya
Ia tercatat sebagai gubernur pertama Jawa Timur dari tahun 1945 hingga 1948. Soerjo sebelumnya menjabat Bupati Mageran dan pernah mememegang jabatan Residen Bojonegoro.
Soerjo menjabat gubernur saat Jawa Timur dalam kondisi genting.
Ia membuat perjanjian gencatan senjata dengan omandan pasukan Inggris Brigadir Jendral Aubertin Mallaby di Surabaya.
Namun pertempuran tetap saja meletus dan membuat Inggris tedesak, Jenderal Mallaby tewas.
Baca juga: Ario Soerjo: Kehidupan, Kiprah, dan Tragedi Pembunuhan
Hal tersebut menyulut kemarahan pasukan Inggris. Jenderal Mansergh , komandan pasukan Inggris mengultimatum agar rakyat Surabaya menyerahkan semua senjata paling lambat 9 November 1945.
Gubernur Suryo dengan tegas berpidato di RRI bahwa Arek-Arek Suroboyo akan melawan ultimatum Inggris sampai darah penghabisan.[3]