Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Blitar Bumi Bung Karno: Ke Haribaan Ibunda, Soekarno Pulang (Bagian 1)

Kompas.com - 14/08/2021, 08:17 WIB
Asip Agus Hasani,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com - Ketika Presiden Soekarno wafat pada 21 Juni 1970, Jenderal Soeharto baru sekitar dua tahun menduduki kursi kepresidenan.

Soeharto ditetapkan sebagai penjabat Presiden melalui sidang MPR Sementara pada Maret 1967.

Setahun sebelumnya, Soeharto adalah Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban pemegang Surat Perintah 11 Maret yang diberikan Presiden Soekarno pada 1966, terlepas dari segala kontroversi perihal surat tersebut.

Dalam waktu tiga tahun, karir Soeharto melaju kencang di tengah prahara politik dan kemanusiaan pascaperistiwa Gerakan 30 September 1965 atau yang dikenal dengan istilah G-30S-PKI.

Soeharto mengambil alih tugas Panglima Angkatan Darat setelah Letnan Jenderal Ahmad Yani gugur dalam peristiwa G-30S-PKI yang penuh misteri.

Ketika Soekarno mangkat, Soeharto masih berjibaku dengan konsolidasi kekuasaan.

Di sisi lain, pengaruh Soekarno yang juga Proklamator Kemerdekaan Indonesia itu masih sangat kuat di hati rakyat.

Kharisma dan visinya tentang revolusi kemandirian dan kemerdekaan bangsa dari imperialisme ekonomi asing, terutama Bangsa Barat, masih menjadi tumpuan harapan Indonesia muda yang baru terlepas dari kolonialisme.

Baca juga: Kisah Penahanan Bung Hatta di Pesanggrahan Menumbing Bangka Barat (Bagian I)

Soekarno juga pemimpin yang membuktikan kepulauan dan keragaman budaya nusantara dapat bersatu dalam bingkai Indonesia.

Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam menilai Soeharto masih merasa terancam oleh pengaruh kuat Soekarno.

Bahkan, setelah Sang Proklamator Kemerdekaan itu meninggal.

Asvi, dalam buku Bung Karno Dibunuh Tiga Kali, meyebut Soeharto merasa tidak nyaman meskipun telah mengucilkan Soekarno sebagai tahanan politik di Wisma Yaso sejak 1967.

Ketika Soekarno meninggal, Soeharto memutuskan memakamkannya di Kota Blitar, Jawa Timur, melalui Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1970 tertanggal 21 Juni 1970.

Para peneliti dan pengamat termasuk Asvi melihat keputusan itu merupakan upaya menjauhkan Soekarno dari pusat kekuasaan di Jakarta serta basis pendukungnya di Jawa Barat.

Keputusan yang lebih didasarkan pada pertimbangan politik dan tidak melibatkan pertimbangan pihak keluarga Bung Karno.

Padahal, seperti ditulis Cindy Adams dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno telah berwasiat tentang lokasi pemakamannya di daerah Priyangan (Parahyangan).

Banyak yang menginterpretasikan lokasi itu antara Kebun Raya Bogor atau Istana Batu Tulis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bangun Sarang Burung Walet di Belakang Gedung, Kantor Desa di Pulau Sebatik Ini Dapat Kas Rp 2 juta Sekali Panen

Bangun Sarang Burung Walet di Belakang Gedung, Kantor Desa di Pulau Sebatik Ini Dapat Kas Rp 2 juta Sekali Panen

Regional
Juru Parkir Hotel di Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung

Juru Parkir Hotel di Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung

Regional
WNA yang Aniaya Sopir Taksi di Bali Tertangkap Saat Hendak Kabur ke Australia

WNA yang Aniaya Sopir Taksi di Bali Tertangkap Saat Hendak Kabur ke Australia

Regional
25 Ruko di Pasar Bodok Kalbar Terbakar, Diduga akibat Korsleting Listrik

25 Ruko di Pasar Bodok Kalbar Terbakar, Diduga akibat Korsleting Listrik

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Malam Ini Berawan

Regional
Seorang Nenek Jatuh dan Diseret Jambret di Pekanbaru, 2 Pelaku Ditangkap

Seorang Nenek Jatuh dan Diseret Jambret di Pekanbaru, 2 Pelaku Ditangkap

Regional
Kronologi Operator Ekskavator di Tanah Datar Terseret Lahar Dingin Saat Bekerja

Kronologi Operator Ekskavator di Tanah Datar Terseret Lahar Dingin Saat Bekerja

Regional
Viral, Video Pedagang Duku Dipalak dan Tas Dirampas Preman di Lampung Tengah

Viral, Video Pedagang Duku Dipalak dan Tas Dirampas Preman di Lampung Tengah

Regional
Marinir Gadungan Tipu Mahasiswi di Lampung, Korban Diajak Menikah hingga Rugi Rp 2,8 Juta

Marinir Gadungan Tipu Mahasiswi di Lampung, Korban Diajak Menikah hingga Rugi Rp 2,8 Juta

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Buntut Pencemaran Laut, DKP Jateng Pastikan Tambak Udang di Karimunjawa Ditutup Tahun Ini

Buntut Pencemaran Laut, DKP Jateng Pastikan Tambak Udang di Karimunjawa Ditutup Tahun Ini

Regional
Kronologi 3 Pria di Demak Paksa Bocah 13 Tahun Berhubungan Badan dengan Pacar, Direkam lalu Diperkosa

Kronologi 3 Pria di Demak Paksa Bocah 13 Tahun Berhubungan Badan dengan Pacar, Direkam lalu Diperkosa

Regional
[POPULER REGIONAL] Polemik Jam Operasional Warung Madura | Cerita di Balik Doa Ibu Pratama Arhan

[POPULER REGIONAL] Polemik Jam Operasional Warung Madura | Cerita di Balik Doa Ibu Pratama Arhan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com