Selanjutnya, ubi kecil itu dijemur agar kandungan airnya tidak ada di dalam ubi tersebut.
Kemudian, ubi kecil yang sudah kering ditumbuk menjadi tepung.
Jika sudah menjadi tepung halus, maka tepung diperas untuk memisahkan tepung-tepungnya.
Selanjutnya, tepung halus itu dimasak. Lantas dihidangkan kepada anak-anak atau anggota keluarga yang mengunjungi rumah tersebut.
Begitu pun olahan jojong latung, Geong menjelaskan, zaman itu yang sangat mudah dilakukan oleh orangtua adalah membuat kadea sero, bahasa lokal untuk jagung goreng.
Dahulu, penghasil utama para petani di seluruh Manggarai adalah jagung. Jagung lebih dulu dipanen dan kemudian panen padi atau woja.
“Saat ini saya amati bahwa hidangan jojong dao dan latung di kampung-kampung sudah jarang dihidangkan. Ini merupakan kekhawatiran bahwa hidangan tradisional warisan leluhur ini perlahan-lahan ditinggalkan di tengah arus era kue modern yang datang dari luar," katanya.
"Jika hidangan jojong dao dan latung tidak lagi menjadi kebiasaan keluarga di kawasan Manggarai, maka alat-alat tradisional seperti ghalu alu (alat tumbuk) dan ngensung atau lesung (tempat untuk menumbuk yang terbuat dari kayu) perlahan-lahan akan punah," jelasnya.
Dosen Universitas Cendana (Undana) Kupang Marsel Robot menjelaskan, warga saat ini tidak lagi menghidangkan jojong dao dan latung.
Menurut dia, warisan hidangan tradisional yang dimiliki kaum perempuan di Flores Barat ini sangat berbeda dengan daerah lain di Indonesia.
“Saya memiliki kekhawatiran di masa depan kuliner khas di Manggarai Timur perlahan-lahan hilang di tengah arus kuliner modern dari luar Manggarai. ," katanya.
Marsel berharap, pemerintah setempat terus mengembangkan kuliner lokal sebagai identitas suatu daerah.
“Saya berharap makanan tradisional ini tetap dilestarikan dengan kebiasaan menghidangkan makanan jojong dalam setiap ritual adat dan kegiatan pemerintah. Pemerintah lewat instansi terkait terus mengkampanyekan kebiasaan makan jojong dao dan latung," harapnya.
Sementara itu, warga Dusun Waekekik, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Maria Goreti Ena menjelaskan, orangtuanya saat ia masih gadis mengajarkan cara memasak jojong dao dan latung atau kadea.
Maria menjelaskan, jojong dao dan latung atau kadea merupakan hidangan makanan tradisional saat ritual adat dan ritual perkawinan di kampung-kampung.