Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilik Jip Wisata Lereng Merapi Terpaksa Jual Mobilnya untuk Penuhi Kebutuhan Hidup

Kompas.com - 28/07/2021, 18:28 WIB
Wijaya Kusuma,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa pemilik jip wisata Merapi terpaksa harus menjual armada mereka hingga alih profesi.

Semua itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Banyak yang dijual sebenarnya, tapi kalau itu (jumlahnya berapa unit mobil yang dijual) kurang tahu persis," ujar Ketua Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi Wilayah Barat, Dardiri, Rabu (28/07/2021).

Baca juga: Muncul 2 Titik Api di Lereng Barat Gunung Merapi

Dardiri menyampaikan para pemilik terpaksa menjual mobil mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan membayar utang.

"Dijual untuk menutup kebutuhan sehari-hari, untuk menutup bank juga. Kebanyakan dulu pinjaman bank juga karena bank sekarang tidak ada rekomendasi akhirnya ya mau tidak mau akhrinya ya dijual," tegasnya.

Awanpanas guguran Merapi tanggal 26 Juli 2021 pukul 23.51 WIB dan 23.55 WIB terekam di seismogram dengan amplitudo 30mm durasi 187 detik dan 148 detik. Jarak luncur 2.500 m ke arah barat daya. BPPTKG Awanpanas guguran Merapi tanggal 26 Juli 2021 pukul 23.51 WIB dan 23.55 WIB terekam di seismogram dengan amplitudo 30mm durasi 187 detik dan 148 detik. Jarak luncur 2.500 m ke arah barat daya.

Selain menjual armada, ada juga yang memilih untuk mencari pekerjaan lain. Semua itu dilakukan demi bisa mendapatkan penghasilan.

"Alih profesi juga ada, kalau tidak ya jual mobilnya untuk bertahan hidup," tuturnya.

Baca juga: Dalam Sepekan, Gunung Merapi Sudah 39 Kali Keluarkan Awan Panas

Menurutnya, armada jip wisata di Lereng Merapi ada sekitar 1.025. Jumlah tersebut untuk wilayah barat dan timur.

Selama pelaksanaan PPKM destinasi wisata di Lereng Merapi ditutup. Sehingga jip wisata merapi tidak beroperasi.

"Kondisinya ya prihatin, tapi ya gimana lagi kondisinya begitu," ungkapnya.

Wisatawan menyusuri lereng Merapi di Dusun Petung, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, dengan menggunakan kendaraan jip wisata yang disewakan dengan tarif berkisar Rp 250.000 per perjalanan, Selasa (10/7/2012). Berbagai paket wisata terus dikembangkan di kawasan tersebut untuk membantu membangkitkan perekonomian warga yang terkena dampak erupsi Merapi.  KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Wisatawan menyusuri lereng Merapi di Dusun Petung, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, dengan menggunakan kendaraan jip wisata yang disewakan dengan tarif berkisar Rp 250.000 per perjalanan, Selasa (10/7/2012). Berbagai paket wisata terus dikembangkan di kawasan tersebut untuk membantu membangkitkan perekonomian warga yang terkena dampak erupsi Merapi.
Dardiri mengungkapkan sebenarnya para pelaku wisata di lereng Merapi termasuk jip wisata telah menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.

Namun karena sudah menjadi kebijakan pemerintah destinasi wisata ditutup, pihaknya hanya bisa mengikuti.

"Mau tidak mau kita ikuti anjuran pemerintah saja walaupun kita udah prokes, SOP kita sudah 100 persen tapi ya pemerintah maunya kayak gitu. Tapi di sisi lain wisatawan pun juga belum seperti biasanya. Seandainya ada satu dua tidak kerumunan itu saya kira rombongan juga enggak ada, jadi sementara ini ya kita ikuti aturan pemerintah dulu," sebut Dardiri.

Baca juga: BPPTKG Memperbarui Rekomendasi Potensi Daerah Bahaya Erupsi Gunung Merapi

Selama destinasi wisata ditutup lanjutnya para pemilik dan driver jip menganggur. Mereka tidak mendapatkan pemasukan, sementara harus menghidupi keluarga.

"Dari Dinas Pariwisata (DI Yogyakarta) semua destinasi wisata kan ditutup otomatis mau menawarkan kita kan enggak ada yang kita tawarkan. Sebelumnya setelah lebaran itu ada jalan lah satu dua minggu kalau enggak salah, terus berhenti lagi karena PPKM kan itu," urainya.

Para pemilik yang tidak menjual armadanya lanjutnya memilih untuk memarkirkan tanpa melakukan perawatan atau perbaikan.

Puncak Gunung Merapi dilihat dari Wisata Deles Indah, Klaten.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Puncak Gunung Merapi dilihat dari Wisata Deles Indah, Klaten.

Sebab dari pada keluar biaya perawatan, uang mereka gunakan untuk bertahan hidup di tengah kondisi yang serba sulit saat ini.

"Dongkrok, kalau dirawat sama aja mengeluarkan biaya, lebih baik digunakan untuk bertahan hidup. Mungkin sesudah PPKM tidak diperpanjang lagi nanti dibenahi lagi untuk mempersiapkan seandainya PPKM tidak diperpanjang lagi ya kita siapkan armadanya," ucapnya.

Baca juga: Fase Erupsi Gunung Merapi Belum Berakhir, Suplai Magma Masih Berlangsung

Diakuinya kondisi seperti saat ini dirasakan oleh semua masyarakat, termasuk orang-orang yang menggantungkan hidupnya dari pariwisata.

Sampai saat ini belum ada bantuan dari dinas terkait untuk para pemilik maupun driver jip wisata lereng Gunung Merapi.

"Enggak ada (bantuan) sampai saat ini. Ini mau pada muter khususnya jip pakai bendera (putih) itu," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER REGIONAL] Polemik Jam Operasional Warung Madura | Cerita di Balik Doa Ibu Pratama Arhan

[POPULER REGIONAL] Polemik Jam Operasional Warung Madura | Cerita di Balik Doa Ibu Pratama Arhan

Regional
Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat 'Video Call' Ibunda

Sebelum Lawan Korsel, Arhan Pratama Sempat "Video Call" Ibunda

Regional
Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Akhir Pelarian Renternir yang Balik Nama Sertifikat Tanah Peminjamnya untuk Agunan Bank

Regional
Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com