KUPANG, KOMPAS.com - Sudah 12 tahun berlalu masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) belum juga menerima kompensasi dari dampak tumpahan minyak Montara.
Ketua Yayasan Peduli Timor Barat Ferdi Tanoni, mendesak Pemerintah Australia-Thailand dan PTT Exploration and Production (PTTEP) Australasia agar segera membayar kompensasi penuh kepada seluruh rakyat NTT.
Ferdi yang menyuarakan kasus itu sejak tahun 2009 menyebut bahwa tumpahan minyak di perairan Pulau Timor itu menyebabkan petani rumput laut di 13 daerah di NTT mengalami kerugian Rp 164 triliun.
Baca juga: Kalah dari Petani Rumput Laut NTT dalam Kasus Tumpahan Minyak Montara, PTTEP Bersiap Banding
Ferdi menjelaskan, Pemerintah Australia-Indonesia-Thailand dan PTTEP telah menjawab surat PBB soal petaka tumpahan minyak montara yang merupakan insiden tumpahan terbesar dalam sejarah industri minyak lepas pantai Australia.
Tumpahan minyak itu, kata Ferdi, terjadi di lepas pantai Australia Barat di Laut Timor pada Agustus 2009.
Tumpahan itu mengalir selama lebih dari 70 hari.
"Dalam beberapa minggu, minyak terlihat di perairan Indonesia dan di sepanjang pantai Nusa Tenggara Timur (NTT)," kata Ferdi, kepada Kompas.com, Kamis (24/6/2021).
Akibatnya kata Ferdi, ribuan petani dan nelayan rumput laut serta para nelayan kehilangan mata pencaharian.
Baca juga: Semua RS di Pamekasan Sudah Tak Bisa Menerima Pasien Covid-19 karena Tak Ada Ruang Isolasi