Risma mengakui, bencana alam tidak dapat dicegah, tetapi masyarakat bisa mengurangi dampak bencana dengan tidak merusak alam.
Risma menegaskan, pengawasan kawasan hutan harus lebih ketat agar pembalakan liar dan alih fungsi hutan tak terjadi secara masif.
Selain itu, edukasi terhadap masyarakat tentang bahaya kerusakan hutan juga harus dilakukan lebih gencar.
Masyarakat harus diajak untuk melestarikan hutan dan tidak menyebabkan hutan gundul yang mengakibatkan banjir.
Jika kesadaran mamasyarakat tumbuh, lanjut Risma, maka aksi pembabatan hutan bisa dihindari.
"Kita harus berubah, siapa saja tidak boleh menebang pohon, kita harus kuat menjaga lingkungan, seperti itu," ucapnya.
Baca juga: Badai Siklon Tropis Seroja Melanda NTT, KMP Jatra 1 Tenggelam, 1 Kapal Lainnya Hanyut
Sementara itu, Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri juga mengakui salah satu penyebab banjir bandang adalah hutan yang gundul.
"Mudah-mudahan setelah banjir ini, warga tidak lagi menggunduli hutan," kata Bupati saat mendampingi Mensos di lokasi terdampak banjir.
Ia mengatakan, hutan lindung membutuhkan penanganan yang serius. Sebab, sebagian besar kawasan hutan di Kabupaten Bima dalam kondisi sangat kritis.
Banyak hutan di perbukitan yang dialihfungsikan menjadi lahan pertanian. Bahkan, hutan yang dulunya rimbun dengan pohon sonokeling kini sudah berubah jadi ladang jagung.
Pembalakan secara liar serta alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian yang dilakukan sekelompok orang itu harus ditanggung dampaknya oleh ribuan warga Kabupaten Bima.
Menurut Bupati, dampak yang ditimbulkan dari hutan gundul tidak hanya bencana longsor dan banjir, namun juga kekeringan di musim kemarau.