"Omzet kotor harian pada awal pandemi Rp 1 juta sampai Rp 3 juta, kalau sekarang sudah Rp 3 juta sampai Rp 5 juta per hari. Jadi satu bulan omzet kotor kita sudah lebih dari Rp 100 juta," kata Yoga.
Karena omzet yang didapat cukup bagus, Yoga bisa mengembalikan uang pinjaman dari temannya hanya dalam waktu empat bulan. Sedangkan pinjaman dari perbankan masih berjalan hingga saat ini.
Salah satu hal yang membuat Kopi Djuang menjadi salah satu kedai kopi paling ramai di Jayapura adalah karena interaksi antara barista dengan konsumen.
Jefry Roberto Theos (27 tahun), salah satu pemilik Kopi Djuang, menjelaskan konsep tersebut sudah terbawa saat mereka masih bekerja di salah satu kafe di Jayapura.
"Kita tidak membatasi interaksi antara barista dengan konsumen. Saat barista tidak ada pesanan kita bisa saja berkomunikasi dengan konsumen dan konsumen juga bisa minta diracikan kopi sesuai dengan keinginan mereka," terang Jefry.
Dalam sepekan, Kopi Djuang bisa menghabiskan 20 kg biji kopi yang 80 persennya merupakan produk asli Papua.
Hanya saja, ketersediaan biji kopi lokal ini juga yang biasa menjadi kendala mereka dalam menjalankan usahanya.
"Kendala adalah kesinambungan dari ketersediaan biji kopi lokal," kata Jefry.
Saat ini, tiga menu yang paling sering dipesan oleh konsumen Kopi Djuang adalah Es Kodju, Red Born, dan Kopi Susu Rakyat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.