Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Kota Solo, dari Geger Pecinan hingga Perjanjian Giyanti

Kompas.com - 21/02/2021, 07:00 WIB
Setyo Puji

Editor

Dalam pusat pemerintah yang baru itu, kemudian diberi nama Surakarta atau dikenal dengan Keraton Surakarta Hadiningrat. Nama itu diambil dari keraton sebelumnya yaitu, Kartasura.

"Jadi pihak Kasunanan Surakarta membeli sejumlah lahan dengan nominal yang pantas atau bahkan bisa dikatakan dengan ganti untung," katanya dilansir dari TriunSolo.com.

Perjanjian Giyanti

Setelah pemindahan pusat pemerintahan ke Sala dan berganti nama menjadi Keraton Surakarta, lalu terjadi perang saudara.

Dikutip dari laman Kebudayaan Kemendikbud, ada tiga tokoh utama dalam perang saudara ini, yaitu Susuhunan Paku Buwono II, Pangeran Mangkubumi, dan Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa.

Berdasarkan silsilahnya, Pakubuwana II merupakan raja pendiri dari Kasunanan Surakarta dan Pangeran Mangkubumi adalah saudara kandungnya (kakak beradik), yang merupakan sama-sama putra dari Amangkurat IV (1719-1726).

Sedangkan Raden Mas Said merupakan salah sati cucu Amangkurat IV, atau lebih tepatnya adalah keponakan dari Pakubuwana II dan Pangeran Mangkubumi.

Dalam buku Islam Jawa: Kesalehan Normatif Versus Kebatinan (2004) karya Mark R. Woodward, puncak dari konflik saudara tersebut menghasilkan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755.

Baca juga: Mudik ke Solo, Mari Menelusuri Asal Nama Kota Surakarta Ini

Perjanjian Giyanti yang berlangsung di Desa Jantiharjo, Karanganyar, Jawa Tengah itu disepakati oleh VOC, Paku Buwono III dan Mangkubumi.

Adapun keputusan penting dalam perjanjian itu adalah adanya pembagian kekuasaan kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kasunan Surakarta Hadiningrat dikuasai oleh Pakubuwono III dan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat dikuasai oleh Mangkubumi yang kemudian diangkat sebagai Sultan Hamengkubuwono I.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com