Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Santi Marisa, Gadai Ponsel karena Tak Bisa Makan, Nekat ke Kantor DPRD Minta Bantuan

Kompas.com - 18/02/2021, 14:53 WIB
Ghinan Salman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

 

Berharap dapat bantuan

Setelah kunjungannya ke Kantor DPRD Surabaya, beberapa orang dari Kelurahan Ploso, Kecamatan Tambaksari, datang ke rumah Santi.

Santi mengaku, ia tidak pernah mendapat bantuan sosial dari pemerintah. Saat pandemi, barulah ia tercatat sebagai masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan dapat bantuan sosial tunai (BST) Rp 300.000 per bulan.

"Itu pun enggak cukup, habis buat makan saja. Saya beli beras saja cuma Rp 5.000 dan itu dimakan untuk sehari," kata Santi.

Ia berharap bisa mendapat bantuan sosial yang diberikan rutin setiap bulan, seperti program keluarga harapan (PKH).

Santi mengaku pernah mengajukan agar dapat bantuan PKH, namun saat itu kuotanya sudah habis.

Baca juga: Pengakuan Pariyem, 8 Tahun Kerja ART Tidak Digaji, Dipukul Majikan, Sering Tak Dikasih Makan

"Katanya nunggu orang meninggal dulu baru kita masuk. Lha, masak kita minta bantuan PKH saja masih harus nunggu orang meninggal? Sedangkan saya kalau lihat orang-orang yang dapat PKH itu hati saya nelangsa," kata Santi.

Santi sedih karena merasa yang mendapat bantuan justru lebih mampu darinya. Bahkan, mereka yang dapat bantuan bisa bangun rumah sendiri.

"Tapi, kenapa kok mereka dapat bantuan semua, padahal lebih susah saya. Saya sampai heran. Kalau saya bekerja enggak bakalan saya minta-minta kayak begini, saya atasi sendiri," ujar Santi.

"Sekarang saya enggak kerja, saya harus minta ke mana, ke tetangga enggak mungkin. Kita bilang ke RT-RW, misalnya, 'Pak, saya minta bantuan buat sekolah,' Tapi enggak mungkin pak RT bisa nebuskan HP. Makanya saya langsung ke Pak Baktiono soalnya saya dengar Pak Baktiono ini membantu orang kayak saya gini," kata dia.

Ingin diberi pekerjaan

Ia menegaskan bahwa dirinya memang tidak mampu dan layak mendapat bantuan.

Saat beberapa pejabat kelurahan datang ke rumahnya, Santi mengaku pejabat kelurahan kaget melihat kondisi rumahnya.

Di rumahnya tak ada kamar mandi. Selama ini ia numpang kamar mandi di rumah mertua.

"Jadi kelurahan sudah tahu faktanya. Soalnya saya kalau ngomong seadanya, enggak saya tambahain dan kurangin. saya cuma ingin anak saya bisa daring sama bantuan PKH," kata dia.

Di sisi lain, Santi berharap Pemerintah Kota Surabaya bisa memberikannya pekerjaan. Sehingga ia tidak lagi mengemis dan meminta-minta bantuan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com