Kata Ratna, proses pengukusan yang mencapai 14 jam membuat kue keranjang Dua Liong bertahan lama.
Tahap terakhir adalah pengemasan. Kue keranjang akan dikemas ketika bentuknya sudah memadat dan berwarna cokelat gelap.
Baru kemudian kue keranjang Dua Liong didistribusikan ke pasar atau pembeli secara langsung.
“Dijual ke Pasar Gede yang pasti, Toko Sinar, Toko Jaya Abadi, tapi konsumen yang langsung pesan ke rumah produksi juga ada,” ucapnya.
Baca juga: Ganjar Pastikan Jawa Tengah Tidak Akan Di-lockdown
Di momen Imlek, rumah Ratna ramai dengan kegiatan membuat kue keranjang.
Dia mengatakan kue keranjangnya hanya diproduksi saat perayaan Tahun Baru Imlek saja.
“Hari-hari biasa tidak membuat, karena sesuai adat di sini, kami hanya memproduksi kue keranjang satu bulan sebelum Imlek dan satu bulan sesudah Imlek,” katanya.
Di hari biasa, Ratna dan warga lain yang membantunya bekerja sebagai buruh serabutan, pengrajin rambak, atau berdagang makanan di pasar.
“Kalau menjelang imlek, kami memang sudah diagendakan untuk produksi kue keranjang ini, pekerjaan yang lain ditinggal dulu,” katanya.
Baca juga: Kebijakannya Pernah Di-bully dan Dimaki, Wali Kota Solo: Ndak Apa-apa
Biasanya, Ratna sering dibantu oleh 20-30 pekerja dari warga setempat.
Namun, saat pandemi Covid-19 ini, dia terpaksa mengurangi jumlah pekerjanya. Kini, dia hanya dibantu oleh 10 orang tetangganya saja.
“Soalnya kan semuanya masih dibatasi, kami juga menaati aturan dari pemerintah, supaya terhindar dari resiko penularan juga,” terang Ratna.
Dia pun turut mengurangi jumlah produksi kue keranjangnya.
“Kalau keadaan normal,kami biasa produksi lebih dari empat ton dalam satu bulan. Sehari bisa sepuluh kali proses memasak,” bebernya.
Baca juga: “Sebagian Kecil Wargamu yang Ambyar” Kirim Karangan Bunga ke Bupati Banyumas