Salin Artikel

Di Balik Legitnya Kue Keranjang Dua Liong, Terdapat Filosofi Dalam

KOMPAS.com - Penganan yang memiliki cita rasa manis dan bertekstur legit ini selau hadir dalam Perayaan Tahun Baru Imlek.

Banyak orang mungkin sudah mengenalnya, bahkan mencicipnya.

Ya, ini adalah kue keranjang.

Di Kota Solo, Jawa Tengah, terdapat salah satu produsen kue keranjang yang lumayan dikenal.

Namanya kue keranjang Dua Liong.

Kue ini diproduksi di rumah Ratna Sari Tania, di Kampung Jagalan, Kecamatan Jebres.

Ratna menerangkan resep dan bahan yang dipakainya membuat kue keranjang sekarang masih sama seperti ketika usahanya ini berdiri pada 1940.

“Kami hanya menggunakan ketan dan gula putih saja, tidak memodifikasi dengan variasi rasa lain yang sedang populer saat ini, seperti cokelat, vanila, dan pandan," jelasnya kepada Kompas.com, Rabu (3/2/2021).

Dikusus selama 14 jam

Ratna berujar kue keranjang bikinannya mampu bertahan sampai tiga bulan meskipun tidak memakai pengawet.

Untuk menjaga kenikmatan rasa, Ratna memilih ketan dengan kualitas yang bagus.

“Harus yang putih dan tidak apek, karena ketan yang paling berpengaruh agar tidak mudah asam saat di fermentasi,” ungkapnya.

Ketan itu lalu dipilih dan dicuci sampai bersih, kemudian ditiriskan supaya kadar airnya berkurang.

“Kalau sudah, ketannya lalu digiling menggunakan mesin pres dan dicampur dengan gula sampai menjadi adonan kue,” urai Ratna.

Sebelum dikukus, adonan tersebut dimasukkan ke dalam cetakan dari kaleng yang dilapasi plastik.

Proses pengukusan berlangsung selama 14 jam. Ketika matang, adonan bakal berubah warna menjadi kemerah-merahan atau cokelat gelap.


Kata Ratna, proses pengukusan yang mencapai 14 jam membuat kue keranjang Dua Liong bertahan lama.

Tahap terakhir adalah pengemasan. Kue keranjang akan dikemas ketika bentuknya sudah memadat dan berwarna cokelat gelap.

Baru kemudian kue keranjang Dua Liong didistribusikan ke pasar atau pembeli secara langsung.

“Dijual ke Pasar Gede yang pasti, Toko Sinar, Toko Jaya Abadi, tapi konsumen yang langsung pesan ke rumah produksi juga ada,” ucapnya.

Hanya dibuat saat Imlek

Di momen Imlek, rumah Ratna ramai dengan kegiatan membuat kue keranjang.

Dia mengatakan kue keranjangnya hanya diproduksi saat perayaan Tahun Baru Imlek saja.

“Hari-hari biasa tidak membuat, karena sesuai adat di sini, kami hanya memproduksi kue keranjang satu bulan sebelum Imlek dan satu bulan sesudah Imlek,” katanya.

Di hari biasa, Ratna dan warga lain yang membantunya bekerja sebagai buruh serabutan, pengrajin rambak, atau berdagang makanan di pasar.

“Kalau menjelang imlek, kami memang sudah diagendakan untuk produksi kue keranjang ini, pekerjaan yang lain ditinggal dulu,” katanya.

Biasanya, Ratna sering dibantu oleh 20-30 pekerja dari warga setempat.

Namun, saat pandemi Covid-19 ini, dia terpaksa mengurangi jumlah pekerjanya. Kini, dia hanya dibantu oleh 10 orang tetangganya saja.

“Soalnya kan semuanya masih dibatasi, kami juga menaati aturan dari pemerintah, supaya terhindar dari resiko penularan juga,” terang Ratna.

Dia pun turut mengurangi jumlah produksi kue keranjangnya.

“Kalau keadaan normal,kami biasa produksi lebih dari empat ton dalam satu bulan. Sehari bisa sepuluh kali proses memasak,” bebernya.


Filosofi Dua Liong

Penamaan “Dua Liong” ternyata sarat filosofi.

"Dalam bahasa Mandarin, liong artinya naga, binatang bersisik paling unggul jika dibandingkan dengan jenisnya, seperti ikan, ular, dan buaya," paparnya.

Naga juga dipercaya menjadi pemilik kekuatan para dewa yang membawa anugerah kemakmuran, kehormatan, kebajikan, dan ilmu panjang.

Ratna menuturkan penggabungan kata “dua” dan “liong” diharapkan dapat membawa banyak keberuntangan.

Di logonya, naga-naga tersebut diberi warna merah.

Ini untuk menunjukkan keberanian, keberuntungan, dan semangat yang terus dijalani, meski produksi kue keranjangnya mengalami pasang surut.

Sedangkan penggunaan warna emas sebagai latar belakang naga merah tersebut merupakan simbol kejayaan dan kesuksesan yang dicita-citakan bisa terus dicapai.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Maria Arimbi Haryas Prabawanti | Editor: Mikael Gewati)

https://regional.kompas.com/read/2021/02/13/12000001/di-balik-legitnya-kue-keranjang-dua-liong-terdapat-filosofi-dalam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke