Hanik mengatakan dua kubah lava masih berada dalam satu area dan masih dalam satu jalur.
"Jadi itu bukan ada dua kepundan, itu tidak. Masih satu jalur, masih satu area tetapi titik lemahnya ada dua ujung itu tadi," urainya.
Kemunculan dua kubah lava tersebut diakibatkan pelebaran aktivitas keluarnya magma.
Pelebaran aktivitas keluarnya magma sudah tampak sejak November dan Desember 2020.
"Ada pelebaran, ternyata ujung yang sebelah kiri keluar menembus di lava 1997 dan ujung yang sebelah kanan menembus kubah lava yang ada di tengah sekarang ini," ujarnya.
Sedangkan laju pertumbuhannya mencapai 12.600 m3/hari.
Melansir Antara, pada kubah lava baru, Hanik menyebut pertumbuhannya sangat lambat.
Pemantauan juga masih terkendala kabut.
"Kami mencoba mengambil foto drone hari ini (5/2) tapi gagal karena selalu tertutup kabut, namun demikian secara asesmen potensi bahayanya belum signfikan," kata Hanik dilansir dari Antara.
Kini status aktivitas Gunung Merapi ditetapkan dalam tingkat Siaga (level III).
Dalam laporan aktivitas Gunung Merapi 29 Januari-4 Februari terjadi 1 kali awan panas guguran (AP), 31 kali gempa fase banyak (MP), 574 kali gempa guguran(RF), 14 kali gempa embusan (DG) dan 8 kali gempa tektonik.
"Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah dibandingkan minggu lalu. Deformasi Gunung Merapi mengalami penurunan signifikan sejak 12 Januari," urainya. Sampai saat ini aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi afusif.
Hingga kini aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi dengan aktivitas erupsi afusif.
Baca juga: BNPB Minta Warga KRB III Gunung Merapi Tetap Tingkatkan Kewaspadaan