KOMPAS.com - Munculnya dua kubah lava menjadi sejarah baru bagi Gunung Merapi.
Sebab sebelumnya kubah lava di gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta ini hanya berjumlah satu.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) terus melakukan observasi terhadap kemunculan kubah lava baru tersebut.
Baca juga: Pertama Kali dalam Sejarah, Gunung Merapi Kini Miliki 2 Kubah Lava
Sedangkan kubah lava yang baru berada di tengah kawah Gunung Merapi.
Menurutnya, kubah lava terlihat pertumbuhannya sejak 4 Februari 2021.
"Baru kali ini dalam sejarah Gunung Merapi mempunyai dua kubah lava," ujar Hanik Humaida dalam siaran informasi BPPTKG "Aktivitas Gunung Merapi Terkini" secara daring, Jumat (5/2/2021).
Baca juga: Aliran Lahar Hujan Merapi di Sungai Boyong, BPBD Sleman: Belum Mengancam
Hanik mengatakan dua kubah lava masih berada dalam satu area dan masih dalam satu jalur.
"Jadi itu bukan ada dua kepundan, itu tidak. Masih satu jalur, masih satu area tetapi titik lemahnya ada dua ujung itu tadi," urainya.
Kemunculan dua kubah lava tersebut diakibatkan pelebaran aktivitas keluarnya magma.
Pelebaran aktivitas keluarnya magma sudah tampak sejak November dan Desember 2020.
"Ada pelebaran, ternyata ujung yang sebelah kiri keluar menembus di lava 1997 dan ujung yang sebelah kanan menembus kubah lava yang ada di tengah sekarang ini," ujarnya.
Sedangkan laju pertumbuhannya mencapai 12.600 m3/hari.
Melansir Antara, pada kubah lava baru, Hanik menyebut pertumbuhannya sangat lambat.
Pemantauan juga masih terkendala kabut.
"Kami mencoba mengambil foto drone hari ini (5/2) tapi gagal karena selalu tertutup kabut, namun demikian secara asesmen potensi bahayanya belum signfikan," kata Hanik dilansir dari Antara.
Kini status aktivitas Gunung Merapi ditetapkan dalam tingkat Siaga (level III).
Dalam laporan aktivitas Gunung Merapi 29 Januari-4 Februari terjadi 1 kali awan panas guguran (AP), 31 kali gempa fase banyak (MP), 574 kali gempa guguran(RF), 14 kali gempa embusan (DG) dan 8 kali gempa tektonik.
"Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah dibandingkan minggu lalu. Deformasi Gunung Merapi mengalami penurunan signifikan sejak 12 Januari," urainya. Sampai saat ini aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi afusif.
Hingga kini aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi dengan aktivitas erupsi afusif.
Baca juga: BNPB Minta Warga KRB III Gunung Merapi Tetap Tingkatkan Kewaspadaan
Potensi bahaya kini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya, yakni di kawasan sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.
Jika terjadi letusan eksplosif, Gunung Merapi bisa melontarkan material vulkanik sejauh radius 3 km.
Terutama saat hujan, masyarakat diminta waspada bahaya lahar.
Dia merekomendasikan aktivitas penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III agar dihentikan.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor : Dony Aprian), Antara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.