BANDUNG, KOMPAS.com – Imas Soemaryani mengatur tempat duduknya. Setelah merasa nyaman, ia menyodorkan sejumlah masker dalam kemasan yang menarik.
“Ini yang membuat saya bertahan di masa pandemi Covid-19,” ujar Imas mengawali perbincangannya dengan Kompas.com di Bandung, Jumat (11/12/2020).
Imas menjelaskan, sebagai pelaku UMKM di bidang fesyen, bukan hal mudah untuk bertahan di masa pandemi.
Sama halnya dengan pelaku UMKM lainnya, Imas sempat mengalami kebingungan karena bisnisnya lesu.
Ia berpikir keras bagaimana caranya bertahan di masa pandemi. Hingga akhirnya ia berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar.
Baca juga: Jengah dengan Pandemi, Emak-emak Petani Ciptakan Batik Tulis Bermotif Corona
Imas berinovasi mengalihkan produksi Bandung Batik Shibori (BBS) dari pakaian kondangan, acara semi formal, dan lainnya, menjadi masker.
“Saya beralih ke masker dan pakaian tidur seperti daster, karena waktu itu sudah mulai WFH. Peralihan ini membuat usaha saya bertahan dan tak ada satupun pekerja yang dirumahkan,” ucap dia.
Masker yang dibuat menyesuaikan prosedur masker kain. Terdiri dari tiga lapis dengan bahan kain yang nyaman dan aman, serta kemasan yang ramah lingkungan.
Keunikan lainnya dari masker BBS adalah motifnya yang eksklusif, beragam, dan cantik. Kenapa? Karena dikerjakan handmade dengan teknik shibori.
Shibori merupakan teknik pewarnaan kain dari Jepang yang mengandalkan ikatan dan celupan. Indonesia lebih mengenalnya dengan teknik tie die.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan