Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengusaha Batik Bertahan di Masa Pandemi, Banting Setir Produksi Masker hingga Ekspor ke AS

Kompas.com - 12/12/2020, 07:29 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Imas Soemaryani mengatur tempat duduknya. Setelah merasa nyaman, ia menyodorkan sejumlah masker dalam kemasan yang menarik.

“Ini yang membuat saya bertahan di masa pandemi Covid-19,” ujar Imas mengawali perbincangannya dengan Kompas.com di Bandung, Jumat (11/12/2020).

Imas menjelaskan, sebagai pelaku UMKM di bidang fesyen, bukan hal mudah untuk bertahan di masa pandemi.

Sama halnya dengan pelaku UMKM lainnya, Imas sempat mengalami kebingungan karena bisnisnya lesu.

Ia berpikir keras bagaimana caranya bertahan di masa pandemi. Hingga akhirnya ia berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar.

Baca juga: Jengah dengan Pandemi, Emak-emak Petani Ciptakan Batik Tulis Bermotif Corona

Imas berinovasi mengalihkan produksi Bandung Batik Shibori (BBS) dari pakaian kondangan, acara semi formal, dan lainnya, menjadi masker.

“Saya beralih ke masker dan pakaian tidur seperti daster, karena waktu itu sudah mulai WFH. Peralihan ini membuat usaha saya bertahan dan tak ada satupun pekerja yang dirumahkan,” ucap dia.

Masker yang dibuat menyesuaikan prosedur masker kain. Terdiri dari tiga lapis dengan bahan kain yang nyaman dan aman, serta kemasan yang ramah lingkungan.

Keunikan lainnya dari masker BBS adalah motifnya yang eksklusif, beragam, dan cantik. Kenapa? Karena dikerjakan handmade dengan teknik shibori.

Shibori merupakan teknik pewarnaan kain dari Jepang yang mengandalkan ikatan dan celupan. Indonesia lebih mengenalnya dengan teknik tie die.

Motif yang dihasilkan dari shibori mirip dengan batik. Namun pengerjaannya bagi sebagian orang lebih mudah dan tidak perlu menggunakan lilin.

Teknik yang digunakan sejak zaman kekaisaran Jepang beberapa ratus tahun ini menghasilkan motif yang indah dan berbeda dalam setiap produk.

Itulah mengapa masker BBS antara satu dengan yang lain berbeda. Kalaupun sama-sama mengangkat satu bunga, tetap saja akan ada yang berbeda.

Salah satu motif yang didukung Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bandung adalah motif bunga Patrakomala. Sebab bunga ini tengah dilestarikan Kota Bandung.

Pembuatannya sendiri cukup memakan waktu. Satu orang pekerjanya paling hanya bisa memproduksi 10 masker.

“Kalau ditotal, sebulan bisa buat sekitar 500 masker. Harganya untuk reseller Rp 20.000 per masker, tapi di pasaran sekitar Rp 30.000-35.000,” ucap Imas.

Baca juga: Catat, Akhir Pekan Ada Fesyen Batik di Pantai Solong Banyuwangi

Untuk pemasaran, ia menggunakan beberapa platform. Yakni reseller dan marketplace.

Di luar dugaan, masker produksinya diminati banyak orang. Salah satunya orang-orang yang menikah, kini mengganti suvenir pesta dengan masker.

Salah satu masker yang kerap dipilih adalah BBS. Itulah mengapa, motif maskernya bisa dipesan.

“Ada banyak motif dan warna. Tinggal dipilih saja,” tutur dia.

Tak hanya dalam negeri. Maskernya sudah merambah luar negeri, dari Malaysia hingga Amerika Serikat.

“Saya kirim ke Amerika 300 masker,” ungkap dia.

Kompetisi

Imas merupakan salah satu pelaku UMKM di Bandung yang mampu bertahan di masa pandemi. Karena itulah ia mengikuti Angkasa Pura Competition.

Yakni kompetisi pelaku UMKM Bandung yang bertahan selama di masa pandemic. Salah satu yang akan dinilai dari kompetisi ini adalah strategi UMKM bertahan di masa pendemi.

Kepala Dinas UMKM Kota Bandung, Iwan Rusmawan mengatakan, 80 persen UMKM terdampak pandemi. Mulai dari omzet turun, bahan baku kurang, hingga semakin sulitnya permodalan.

Namun karakter UMKM, mereka mudah untuk bergeser karena organisasiya kecil. Jadi ketika ada masalah, mereka dengan mudah bisa mengalihkan bisnis.

“Misal produk fesyen pakaian jadi beralih membuat masker atau ke kuliner,” ucap dia.

Mereka yang mampu bertahan tersebut, kini mengikuti kompetisi yang digagas Angkasa Pura. Mereka akan berbagi bagaimana caranya bertahan di masa pandemi.

Baca juga: Mengenal Batik Corona Khas Jambi, Ide Perajin Muncul dari Berita Covid-19

Dari gagasan-gagasan para pelaku UMKM itu pula, nantinya Dinas UMKM akan membuat kebijakan tepat untuk pengembangan UMKM ke depan.

Mengenai dana bantuan UMKM yang digulirkan pemerintah pusat, Iwan menjelaskan, pada gelombang 1, pihaknya mengusulkan 150.507 pelaku.

Kemudian di gelombang 2 sebanyak 89.000-an. Bila ditotal, hampir 250.000 yang diusulkan.

Database-nya lengkap di kami. Ini akan memudahkan untuk pembinaan,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com