Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Dokter Sriyanto Sembuh Lawan Covid-19, Tak Bisa Menelan dan Batuk Susah Berhenti (2)

Kompas.com - 07/12/2020, 16:09 WIB
Muhlis Al Alawi,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Dia mulai merasakan nyeri di bagian dada. Batuk-batuk itu rupanya membuat otot dan tulang menjadi kecapekan. Apalagi terasa dihentak.

Di tengah kepasrahannya pada Sang Maha Pencipta, malam itu, Sriyanto seperti mendapatkan mukjizat.

Dua kantong plasma pesanan untuk mengobati kegawatan yang melanda tubuhnya datang dari Jakarta.

“Jadi saya pas banget dapat obat. Saya tidak bisa membayangkan tidak mendapatkan Tocilizumab dan plasma dengan posisi dua hari tidak makan bisa makin memburuk. Sehari saja saya rasakan sangat tidak enak. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau hal itu terjadi hingga tiga hari,” kata Sriyanto.

Baca juga: Terpapar Covid-19, Dokter Sahabat Ganjar Ini Kondisinya Membaik Selepas Terapi Plasma Konvalesen

Satu kantong plasma diinjeksikan ke tubuhnya malam itu. Tak hanya itu, dia meminta disuntik Tocilizumab agar aneka keluhan yang menyerang tubuhnya segera mereda.

Menakjubkan, enam jam setelah diinjeksi plasma yang berasal dari pasien sembuh Covid-19 dan suntikan Tocilizumab dirinya mulai merasakan sesuatu yang sangat berbeda pada tubuhnya.

Dia mencoba memakan pisang yang berada di meja ruang perawatan pun tak lagi mengalami hambatan.

Padahal sebelum disuntik, Sriyanto sama sekali tidak bisa menelan. Semuanya saat itu begitu keras untuk masuk dikunyah di mulut hingga membuatnya putus asa.

Pagi harinya (hari kedelapan), Sriyanto kembali mendapatkan injeksi plasma kedua kalinya setelah reaksi injeksi pertama berdampak positif bagi perkembangan kesehatan tubuhnya.

“Saat diinjeksi yang kedua saya tertidur selama 12 jam. Seharian itu saya hanya tertidur. Begitu terbangun, badan terasa lebih ringan dan segar. Batuk juga sudah berkurang banyak dan demam perlahan menurun,” ungkap Sriyanto.

Baca juga: 3 Dokter Kandungan RSD dr Soebandi Positif Covid-19, Berstatus Tanpa Gejala

Memasuki hari kesembilan, demam pada tubuh sudah menghilang. Suhu tubuhnya pun kembali normal meskipun Sriyanto tidak lagi menelan obat penurun panas.

Batuknya yang dahsyat sebelumnya juga berkurang hingga 75 persen. Saat itu dia merasakan badannya kembali normal hingga membuatnya hatinya bahagia.

“Hari kesembilan saya seperti sudah melewati masa-masa kritis dimana sebelumnya harus beradu pertarungan antara hidup dan mati. Di hari itu saya sudah bisa merasakan nikmatnya mengunyah nasi dan tidak sekeras lagi seperti kemarin,” kata Sriyanto.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com