Sigit meyakini hal ini tidak akan dikenai hak cipta, karena aplikasi buatannya hanya menunjukkan lokasi, dan homepage tetap pada laman yang dituju.
Aplikasinya merupakan jalan pintas agar siswa dan guru lebih mudah.
Sigit bercerita, awalnya dia menyukai pengembangan aplikasi ini saat sebagai guru honorer salah satu SMK di Yogyakarta.
Di sana, Sigit mengajar tentang desain, animasi hingga database.
Saat itu dia sudah ikut kegiatan di Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan DIY. Bahkan sampai pindah mengajar di SMP N 1 Wonosari tahun 2005.
Selama mengajar, Sigit pun aktif di rumah belajar Kemendikbud sejak 2011.
Selain itu juga menjadi 7 kali finalis guru berprestasi tingkat nasional, dan akhirnya tahun 2015 bisa menyabet predikat itu.
Pada 2016. Sigit berkolaborasi dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) mengembangkan aplikasi Google Classroom.
Awalnya setiap guru satu mata pelajaran. Lalu diubah menjadi satu siswa satu kelas , yang diampu 13 guru. Hal ini memudahkan dalam pembelajaran siswa.
Sejak 2009, siswa SMP sudah diperbolehkan menggunakan gawai, sehingga tinggal melanjutkan saat pandemi yang harus mengajar menggunakan aplikasi Google Classroom.
Namun perlu menambah pengetahuan guru, karena tidak semua guru mengajar menggunakan informasi teknologi. Sigit sebagai penanggung jawab sistem.
"Tiga bulan pertama semua guru sudah tidak perlu pendampingan, kalau ada masalah kita tinggal masuk ke kelas itu. Kalau perkelas (sistem lama) guru yang lain tidak bisa membantu," ucap Sigit.
Sebagai agen rumah belajar sejak 2011, Sigit aktif memberikan edukasi dan sosialisasi kepada guru dan siswa.
Dia pun bertekad untuk terus belajar dan berkembang untuk memudahkan pembelajaran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.