Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Listrik dan Internet, Ini Kisah Anak-anak Suku Talang Mamak Belajar Saat Pandemi

Kompas.com - 09/11/2020, 12:04 WIB
Idon Tanjung,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Cita-cita bahagiakan orangtua

Meski menghadapi banyak rintangan untuk belajar, anak-anak Suku Talang Mamak tetap bersemangat bersekolah.

Masing-masing anak-anak Suku Talang Mamak memiliki motivasi untuk belajar.

Seperti Reno dan Andra, mengaku rajin belajar untuk membahagiakan kedua orangtuanya.

"Motivasi saya belajar supaya bisa jadi orang sukses dan buat orangtua bahagia," ungkap Andra.

Ia mengaku bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Sedangkan Reno mau jadi polisi.

Mereka berdua berharap impian itu bisa dicapai kelak dengan rajin belajar.

"Walaupun tempat kami tidak internet, tidak listik, jaringan telepon dan jalan tanah, kami tetap semangat bersekolah," ucap Andra.

Semangat belajar tinggi

Dedi Zulhendri, selaku guru kelas tiga SDN 028 Talang Sungai Limau, menilai semangat belajar anak-anak Suku Talang Mamak sangat tinggi.

"Semangat mereka untuk belajar sangat tinggi. Itu saya sangat salut sama mereka," kata Dedi saat diwawancarai Kompas.com.

Ia menuturkan, sistem belajar antar jemput tugas ke sekolah berjalan lebih kurang tiga bulan di masa pandemi Covid-19.

Pada awal pandemi, murid diminta datang belajar sekolah setiap hari, masuk jam 08.00 dan pulang jam 10.00 WIB. Sedangkan guru masuk dari Senin sampai Rabu.

Namun, sistem tersebut tidak efektif. Selain jarak tempuh anak-anak yang jauh, murid juga jarang datang semuanya ke sekolah.

"Rumah mereka kan jauh-jauh di dalam hutan. Kadang cuma datang separoh," sebut Dedi.

Karena itu, pihaknya menerapkan sistem belajar antar jemput tugas ke sekolah. Menurut Dedi, sistem ini lebih efektif dan efisien.

"Di sini kami kan tidak ada internet, tidak bisa belajar daring. Jadi, anak-anak cuma masuk sekali seminggu, yaitu hari senin antar jemput tugas," kata Dedi.

Dedi Zulhendri sendiri mengaku sudah delapan tahun mengajar di SDN 028. Di sekolahnya itu, kini terdapat 13 orang guru.

Pahit manisnya ia telan selama mengajari anak-anak Suku Talang Mamak.

Tiap ajaran baru, guru yang jemput calon murid

Setiap ajaran baru, kata dia, para guru datang ke rumah-rumah menjemput anak Suku Talang Mamak untuk sekolah.

Dedi menceritakan, pada tahun 2004, SD 028 masih memiliki tiga ruang belajar terbuat dari kayu.

Anak-anak waktu itu dijemput ke rumahnya agar mau dididik.

"Kami jemput anak-anak ke rumah. Mau baju bebas, tak pakai sepatu ke sekolah terserah. Yang penting mereka mau sekolah. Bahkan dulu itu ada murid kita yang sudah berjenggot," kata Dedi seraya tertawa.

Ia menempuh tantangan yang berat, agar anak-anak Suku Talang Mamak menikmati pendidikan. Dedi rela setiap hari menempuh jalan tanah dengan menggunakan sepeda motor.

Bagaimana tidak, bagi warga Suku Talang Mamak, waktu itu sekolah tidaklah menjadi prioritas.

Mereka kalau punya anak, rata-rata dibawa bekerja ke kebun, cari ikan atau aktivitas lainnya di dalam hutan.

"Warga Suku Talang Mamak ini sudah terbiasa berkebun, ladang padi. Jadi  anak-anak dibawa kerja. Itu kalau sudah tamat SD, tidak mau menyekolahkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi," cerita Dedi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com