Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Listrik dan Internet, Ini Kisah Anak-anak Suku Talang Mamak Belajar Saat Pandemi

Kompas.com - 09/11/2020, 12:04 WIB
Idon Tanjung,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Menembus hutan untuk sampai ke sekolah

Setiap harinya, anak-anak Suku Talang Mamak menembus hutan untuk sampai ke sekolahnya.

Jarak rumah mereka dari sekolah bervariasi, ada yang jauh dan ada pula yang dekat. Sebab, anak-anak pedalaman ini tinggal secara terpencar-pencar di dalam hutan.

Andra Brekbon salah satunya. Bocah 10 tahun ini jalan kaki lebih kurang dua kilometer untuk pergi menuntut ilmu ke sekolahnya.

"Biasanya saya jam enam pagi sudah berangkat dari rumah. Sampai ke sekolah jam tujuh pagi," kata Andra saat diwawancarai Kompas.com.

Ia mengaku pergi ke sekolah tidak seorang diri, tapi pergi berombongan.

Rumah Andra lebih dekat dari sekolah dibandingkan rumah teman-temannya. Sehingga, ia menunggu temannya terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah.

"Saya tunggu teman-temannya dulu. Biasanya kami 12 orang satu rombongan. Kami ke sekolah jalan kaki," ujar Andra.

Ia dan teman-temannya tak jarang melepas sepatu pergi sekolah. Karena, mereka menempuh jalan tanah berlumpur disaat musim hujan dan juga melewati anak sungai.

Saban hari, cerita Andra, ia dan teman-temannya bertemu dengan seekor ular berukuran besar melintang di jalan. Mereka tak begitu ketakutan, karena sudah biasa melihat hewan buas di hutan.

Waktu itu ia pergi ke sekolah melewati jalan pintas dalam hutan dengan kayu-kayu yang besar.

"Waktu itu musim hujan jalan banyak lumpur, jadi kami lewat jalan pintas dalam hutan. Kami kaget ketemu ular besar. Kami tak berani lewat sebelum ular itu pergi," cerita Andra.

Kalau ada uang jajan kami bersyukur, kalau tidak tak mengapa

Rata-rata anak Suku Talang Mamak pergi ke sekolah berjalan kaki. Hanya beberapa orang saja yang diantar orangtuanya ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor atau sepeda dayung.

"Orangtua kami pagi-pagi sudah pergi kerja. Ada yang menyadap karet dan kerja di kebun sawit orang," sebut murid kelas empat SD ini.

Saat ditanya soal uang jajan ke sekolah, Andra mengaku cuma sesekali dikasih uang sama ayah dan ibunya.

Setiap ke sekolah, ia kadang membawa uang Rp 2.000 buat belanja di kantin depan sekolah.

"Ya, orangtua kami di sini banyak kurang mampu. Kerja cuma bertani dan cari ikan. Kalau ada uang jajan kami bersyukur, tapi kalau tidak ada tak apa-apa," ujar Andra.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com