Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alih Profesi karena Pandemi, Sigit Malah Dapat Pemasukan Lebih Besar

Kompas.com - 09/11/2020, 11:42 WIB
Dian Ade Permana,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Dunia hiburan menjadi salah satu sektor yang terdampak pandemi Covid-19.

Para pekerjanya pun menganggur karena dilarang ada keramaian untuk mencegah kerumunan agar tidak ada penyebaran virus tersebut.

Praktis, para pekerja di dunia hiburan harus putar otak untuk mencari nafkah.

Baca juga: Cerita Nelayan di Sikka, Penghasilan Menurun Saat Pandemi, Berutang untuk Menyambung Hidup

Salah satunya Sigit Puji Restiono. Dia yang bekerja di tempat hiburan karaoke, memilih menjadi perajin pipa paralon dibuat lampu dengan berbagai motif.

Keterampilan itu didapatnya dengan belajar melalui YouTube.

"Awalnya hanya melihat, terus mencoba, dan mencari motif hingga keterusan sampai saat ini," jelas Sigit di rumahnya Jetak, Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, Senin (9/11/2020).

Dia mulai membuat kerajinan pipa paralon sejak dua bulan terakhir.

Semua pekerjaan dilakukannya dengan manual. Mulai dari memotong pipa lonjoran menjadi ukuran 30 sentimeter kemudian diukir sesuai pesanan atau motif bebas.

"Pipanya yang ukuran tiga sampai empat inchi. Alat-alatnya biasa saja seperti pisau, gerinda, lem, kabel, dan pewarna cat semprot," ungkap Sigit.

Baca juga: Kata Pekerja di DIY soal Hidup Layak dengan Penghasilan Bulanan Rp 1,7 Juta

Untuk satu hiasan lampu dari pipa paralon, Sigit membutuhkan waktu satu hari. Pemesan kebanyakan menyukai motif kupu dan kaligrafi.

"Ada juga yang pesan motif wajah atau batikan, harganya kisaran Rp 100.000 hingga Rp 300.000 tergantung kesulitan pembuatannya," paparnya.

Sigit mengatakan, saat ini penghasilannya sebagai perajin pipa paralon lebih tinggi dibanding saat menjadi operator di tempat karaoke.

"Penghasilan sebagai pekerja karaoke memang turun karena ada pembatasan pengunjung akibat pandemi Covid-19, hanya sekitar Rp 1 juta. Tapi kalau jual kerajinan pipa ini bisa sampai Rp 2 juta per bulan," paparnya.

Baca juga: Digugat Apindo karena Naikkan UMP, Ganjar Minta Pengusaha Transparan soal Kondisi Perusahaan

"Untuk pemasaran, saya memanfaatkan tamu karaoke berkunjung dan media sosial Facebook untuk memasarkan hiasan lampu tersebut. Sehari rata-rata laku satu hiasan," ungkapnya.

Selain itu, pembelinya juga berasal dari pengelola hotel, komunitas, dan perorangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com