Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berhenti Jadi Sopir karena Pandemi, Kini Rian Sukses Beternak Cacing dengan Omzet Jutaan Rupiah

Kompas.com - 15/10/2020, 08:02 WIB
Muhlis Al Alawi,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MADIUN, KOMPAS.com - Varian Arsyagam Isbandi (27), warga Desa Ngadirejo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, sempat kebingungan setelah berhenti bekerja sebagai sopir rental tujuh bulan yang lalu.

Ayah dua anak ini terpaksa berhenti bekerja karena sepinya penumpang. Hal itu terjadi karena pandemi Covid-19.

Sementara bila mencari pekerjaan lain, Rian, panggilan akrab Varian, tidak memiliki kenalan atau akses ke perusahaan.

Dalam kondisi kebingungan, Rian menemui kakaknya yang tinggal di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Saat bertemu kakak kandungnya itu, Rian dikenalkan dengan warga setempat yang membudidayakan cacing tanah (Lumbricus rubellus).

Baca juga: Cerita Bripka Heidi Sukses Jadi Peternak Lele, Terinspirasi Tekuni Bisnis Setelah Tilang Seorang Pengendara

Mendapatkan pengetahuan tentang beternak cacing, Rian pun tertarik untuk mencoba membudidayakannya.

Bermodal uang tabungan dan pinjaman, Rian memanfaatkan lahan kosong di belakang rumahnya untuk mulai beternak cacing. Usaha itu dia jalani sejak awal Juli 2020.

“Modal saya dari uang tabungan dan pinjaman sekitar Rp 35 juta,” kata Rian saat ditemui di kediamannya, Selasa (13/10/2020).

Modal tersebut digunakan untuk membeli bibit dua kuintal, membuat oven cacing, dan kolam.

Sebenarnya, beternak cacing cukup mengeluarkan uang Rp 10 juta. Rinciannya, Rp 7,5 juta untuk membeli bibit, dan sisanya membangun kolam cacing.

Baca juga: Porang Raksasa Unik Senilai Rp 7,2 Miliar Asal Sumut Tembus Pasar 3 Negara

Namun, suami dari Alisa Nada ini menambahkan oven panggang khusus cacing dengan menghabiskan anggaran Rp 7 juta.

Apalagi cacing kering yang dijual Rian memiliki standar kualitas farmasi. Dengan demikian, suhu dan lamanya panggang sudah ditentukan.

Setelah upaya yang dilakukan, dua bulan kemudian Rian mulai menuai panen cacing.

Akhirnya selama dua pekan sekali, Rian dapat memanen 36 kilogram cacing basah.

“Untuk dijual di pasaran cacing yang dijual harus kering. Kalau panen 36 cacing basah maka bila dikeringkan menjadi enam kilogram,” ujar Rian.

Satu kilogram cacing lumbricus yang kering dijual dengan harga Rp 500.000.

Bila dalam sekali panen bisa mendapatkan enam kilogram cacing lumbricus kering, maka dalam dua pekan Rian mendapatkan omzet Rp 3 juta, atau Rp 6 juta dalam sebulan. 

Untuk perawatan cacing setiap harinya tidaklah sulit. Cukup disiram dengan air dan diberikan ampas tahu.

Cacing yang diternak pun tidak mudah sakit. Adapun cacing juga merupakan hewan yang bisa kawin dan bertelur sendiri.

Untuk menjual hasil panennya, Rian tidak kesulitan. Selain dibeli warga, Rian sudah mendapatkan langganan pemesan dari pabrik besar jamu herbal yang beroperasi di Jawa Tengah.

“Biasanya warga membeli untuk mengobati sakit maag , tipus, hingga melancarkan peredaran darah,” kata Rian.

Ajak warga beternak cacing

Tak ingin maju sendiri, Rian pun mengajak warga di kampung halamannya mengikuti jejaknya agar bisa mendapatkan penghasilan meski di tengah pandemi.

Apalagi saat ini permintaan cacing terus meningkat.

Ia menyarankan bagi warga yang bermodal pas-pasan cukup membeli bibit dan membuat kolamnya saja.

Ketika panen tiba Rian bisa membantu memasarkan ke perusahaan.

Rian berencana menambah enam kolam cacing menyusul makin banyaknya permintaan cacing kering dari perusahaan.

Saat ini kebutuhan pabrik jamu herbal terhadap cacing kering sebanyak tujuh ton. Sementara jumlah yang bisa terpenuhi baru dua ton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com